UNJ Partisipasi dalam Seminar Kesetaraan Disabilitas dan Perempuan di Layar yang Digelar Kembud RI

Ikuti kami

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Berita
  4. »
  5. UNJ Masuk Peringkat 767 Dunia di…

Berita Terbaru

Kantor Humas dan IP UNJ Raih 5 Penghargaan Pada Ajang IDEAS 2025, Dari Juara Budaya Inklusif hingga Manajemen Krisis

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

UNJ dan PT HappyLab Indonesia Perkuat Literasi Nasional melalui MaxNovel Award 2025

UNJ Masuk Peringkat 767 Dunia di UI GreenMetric 2025, Tegaskan Komitmen Kampus Hijau dan SDGs Berdaya Saing Global

UNJ Kembali Pertahankan Predikat “Badan Publik Informatif” pada Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2025

FT UNJ Berkolaborasi dengan DWP Kemdiktisaintek untuk Tingkatkan Kepercayaan Diri Perempuan

Fakultas Teknik UNJ Kembali Raih Predikat Booth Terfavorit pada Pameran Pendidikan 2025

Jakarta, Humas UNJ – Direktorat Film, Musik, dan Seni, Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kembud RI) bekerja sama dengan Yayasan Happyself Harmony Family menggelar seminar bertajuk “Suara, Narasi, Kekuatan: Merajut Kembali Kisah Kesetaraan Disabilitas dan Perempuan di Layar”. Acara ini berlangsung di Gedung A Lantai 1 Mezanin, Perpustakaan Kemdiktisaintek, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta pada 16 Desember 2025.

Kegiatan yang dimulai pukul 10.00 WIB ini dihadiri oleh perwakilan sekolah, dan perguruan tinggi termasuk Universitas Negeri Jakarta (UNJ), serta komunitas seni. Untuk peserta perwakilan mahasiswa UNJ dihadiri oleh Hardini Alfianti selaku mahasiswa pendamping dari relawan disabilitas, Ibnu Muzaki dan Dwi Ramadan selaku mahasiswa disabilitas UNJ.

Tujuan utama seminar ini adalah mendorong representasi yang inklusif dalam karya perfilman Indonesia, khususnya terkait isu kesetaraan bagi penyandang disabilitas dan perempuan.

Direktur Film, Musik, dan Seni, Syaifullah yang diwakili oleh Muhammad San Gufri, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat narasi kebudayaan yang berkeadilan. “Film bukan sekadar hiburan, tetapi medium yang mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap isu-isu sosial,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan UNJ, Yasep Setiakarnawijaya, yang turut hadir mendampingi mahasiswa menekankan pentingnya peran mahasiswa dalam menciptakan karya yang inklusif. “Mahasiswa harus menjadi agen perubahan. Melalui film, kita bisa menyuarakan keberagaman dan kesetaraan. Jangan hanya menjadi penonton, tetapi jadilah pencipta narasi yang membawa dampak positif,” kata Yasep.

Acara ini diharapkan menjadi wadah kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku seni untuk memperkuat ekosistem perfilman yang ramah terhadap isu kesetaraan. Selain seminar, kegiatan juga mencakup diskusi interaktif dan rencana tindak lanjut berupa workshop pembuatan film inklusif.