Jakarta, Humas UNJ — Universitas Negeri Jakarta menjadi tuan rumah penyelenggaraan Seminar Nasional (Semnas) Pemuda Hijau yang diinisiasi oleh Jaringan Nasional Pemuda Hijau (JARNAS Pemuda Hijau). Kegiatan berlangsung di Gedung Olahraga (GOR) Lantai 3 Kampus B UNJ pada Sabtu, 20 Desember 2025 sebagai ruang refleksi dan konsolidasi peran strategis pemuda dalam menjawab tantangan pelestarian lingkungan hidup dan kependudukan berkelanjutan menuju penguatan ketahanan keluarga Indonesia 2045.
Mengusung tema “Refleksi Pemuda untuk Pelestarian Lingkungan dan Kependudukan Berkelanjutan Menuju Ketahanan Keluarga 2045”, semnas ini dihadiri oleh akademisi, pemangku kebijakan, organisasi kepemudaan, mahasiswa, serta komunitas lingkungan dari berbagai daerah di Indonesia. Forum ini menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam merespons isu-isu ekologis dan demografis yang kian kompleks.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ, yang sekaligus bertindak sebagai keynote speaker. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa tema seminar sangat relevan dengan arah pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam RPJPN 2025–2045 dan agenda global SDGs, yang menempatkan lingkungan hidup, kependudukan, dan ketahanan keluarga sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Prof. Komarudin menjelaskan berbagai tantangan global, mulai dari perubahan iklim, degradasi lingkungan, pertumbuhan penduduk, ketimpangan sosial, hingga dinamika keluarga Indonesia, yang tentu menuntut perhatian serius dunia pendidikan dan generasi muda. Menurutnya, perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor bukan lagi sekadar isu akademik, melainkan realitas sosial yang berdampak langsung pada kehidupan keluarga, khususnya kelompok rentan.
“Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya keanekaragaman hayati berada pada titik krusial dalam menjaga keberlanjutan lingkungan demi kehidupan masyarakat dan keluarga,” tegasnya.
Ia menambahkan, kerusakan ekologi berdampak sistemik terhadap kualitas hidup keluarga, mulai dari meningkatnya risiko kesehatan, menurunnya produktivitas ekonomi, hingga terganggunya proses pendidikan anak. Karena itu, peran pemuda dinilai sangat strategis. “Pemuda tidak hanya besar secara jumlah, tetapi juga memiliki energi, kreativitas, dan kepekaan sosial yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ekologis masa depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Komarudin menegaskan komitmen UNJ dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup, riset kependudukan, dan pemberdayaan masyarakat. Ia menyambut baik kolaborasi dengan JARNAS Pemuda Hijau dan mendorong langkah konkret melalui program percontohan, termasuk pendampingan desa menuju Desa Lestari.
Apresiasi juga disampaikan oleh Prof. Henita Rahmayanti selaku Koorprodi Program Doktoral Ilmu Kependudukan dan Lingkungan Hidup Sekolah Pascasarjana UNJ. Ia menilai inisiatif JARNAS Pemuda Hijau sebagai langkah penting menghadirkan ruang dialog dan refleksi bagi pemuda Indonesia di tengah kompleksitas tantangan kependudukan dan lingkungan.
Menurut Prof. Henita, pengelolaan penduduk yang efektif, meliputi perencanaan tata ruang berkelanjutan, pendidikan, akses layanan kesehatan reproduksi, serta kebijakan pembangunan ramah lingkungan yang sangat krusial untuk menjaga keseimbangan ekologis dan memastikan keberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang.
“Kependudukan dan lingkungan adalah dua aspek yang saling terkait. Lingkungan yang rusak berdampak langsung pada kualitas hidup dan ketahanan keluarga, sementara pengelolaan penduduk yang tidak tepat akan memberi tekanan besar pada lingkungan,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi dan gerakan pemuda. Kampus, lanjutnya, berperan menyediakan kajian ilmiah dan rekomendasi kebijakan, sementara pemuda menerjemahkannya menjadi aksi nyata di masyarakat. Program Doktoral Ilmu Kependudukan dan Lingkungan Hidup UNJ, kata dia, membuka ruang kolaborasi dalam pendidikan, penelitian, dan aksi ekologis bersama komunitas pemuda.
Sementara itu, G. Borlak selaku Ketua Umum JARNAS Pemuda Hijau, menyebut seminar ini sebagai gerakan moral untuk membangkitkan kembali kepedulian orang muda terhadap isu kependudukan dan lingkungan hidup. Borlak, yang juga mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kependudukan dan Lingkungan Hidup UNJ, menegaskan bahwa gerakan pemuda harus melampaui retorika dan bersifat konkret.
Ia memaparkan sejumlah aksi nyata yang telah dilakukan, seperti penanaman ribuan pohon di Cirebon dan Sukabumi sebagai bentuk mitigasi lingkungan, serta rencana Gerakan 5.000 KTA berbasis data untuk memperkuat konsolidasi pemuda hijau di seluruh Indonesia.
“Satu pohon yang kita tanam hari ini adalah investasi untuk masa depan Indonesia. Ini juga menjadi dukungan konkret terhadap visi Asta Cita menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Senada, Martinus Laba Uung, Sekretaris Umum JARNAS Pemuda Hijau, menekankan bahwa gerakan ini merupakan investasi sosial jangka panjang untuk membangun pemuda yang berkomitmen, berkapasitas, dan berkelanjutan dalam menjaga lingkungan hidup serta ketahanan keluarga sebagai komunitas terkecil dalam masyarakat.
Kegiatan ditutup dengan Deklarasi JARNAS Pemuda Hijau, yang memuat komitmen bersama pemuda Indonesia untuk berperan aktif dalam pelestarian lingkungan hidup, pengelolaan kependudukan berkelanjutan, serta penguatan ketahanan keluarga sebagai pilar menuju Indonesia Emas 2045.
Seminar nasional ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang, antara lain Andi Susanto (Asisten Deputi Bina Kepemudaan Pusat dan Daerah pada Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan Kemenpora), Munawar Asikin (Dosen dan Analisis Kependudukan UNJ), Samadi (Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi UNJ), dan G. Borlak (Ketua Umum Jaringan Nasional Pemuda Hijau). Kegiatan juga dihadiri jajaran pengurus dan penasihat JARNAS Pemuda Hijau, di antaranya Yacobus Jack Bouk, Minche Pieter, Lily Tandjung, serta Dani Abdilah.
Melalui forum ini, JARNAS Pemuda Hijau yang diinisiasi mahasiswa doktoral UNJ menegaskan posisinya sebagai wadah konsolidasi pemuda nasional yang inklusif, kolaboratif, dan berorientasi pada dampak nyata bagi lingkungan hidup dan masa depan bangsa.