Akademisi FISH UNJ bersama Masyarakat Temukan “Gua Parhelion Nglampar” di Gunungkidul

Ikuti kami

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Berita
  4. »
  5. UNJ Masuk Peringkat 767 Dunia di…

Berita Terbaru

Kantor Humas dan IP UNJ Raih 5 Penghargaan Pada Ajang IDEAS 2025, Dari Juara Budaya Inklusif hingga Manajemen Krisis

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Hadirkan Pengalaman Citarasa Asia, Prodi Pendidikan Tata Boga FT UNJ Gelar Asian Food Festival

UNJ Resmi Tutup Pelatihan Dasar Calon Pegawai Tetap PTNBH Tahun 2025

UNJ dan PT HappyLab Indonesia Perkuat Literasi Nasional melalui MaxNovel Award 2025

UNJ Masuk Peringkat 767 Dunia di UI GreenMetric 2025, Tegaskan Komitmen Kampus Hijau dan SDGs Berdaya Saing Global

UNJ Partisipasi dalam Seminar Kesetaraan Disabilitas dan Perempuan di Layar yang Digelar Kembud RI

Gunungkidul, Humas UNJ — Keindahan alam Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta kembali terungkap melalui penemuan sebuah gua baru yang menakjubkan di Padukuhan Nglegok, Kalurahan Giritirto, Kapanewon Purwosari. Gua yang kini kemudian dinamai “Gua Parhelion Nglampar” ditemukan secara tidak sengaja pada 4 Mei 2025, saat warga melakukan normalisasi jalan lingkungan.

Awalnya, gua yang disebut warga sebagai “Gua Nglampar” ini sempat ditutup dengan bebatuan karena mulut gua yang sempit dan medan yang cukup berbahaya. Lokasinya yang dekat dengan pemukiman juga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan. Namun, penemuan ini menarik perhatian mahasiswa dan akademisi dari Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta (FISH UNJ) yang sedang melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di wilayah tersebut.

Dipandu oleh Kepala Dukuh Nglegok dan didorong antusiasme masyarakat, tim mahasiswa bersama dosen pembimbing, Prof. Cahyadi Setiawan, melakukan eksplorasi dan pemetaan gua pada 15 Mei 2025, bertepatan dengan hari terakhir kegiatan PKL. Sebelumnya, mereka juga telah berhasil mengkaji “Gua Pertapan Terus” yang berada di padukuhan yang sama.

Menurut Prof. Cahyadi Setiawan, kolaborasi antara masyarakat dan akademisi ini melahirkan nama “Gua Parhelion Nglampar”, diambil dari istilah meteorologi “Parhelion” yang menggambarkan fenomena cahaya di atmosfer. Nama tersebut dipilih sebagai simbol sinergi dalam mengungkap keindahan alam yang tersembunyi, ungkapnya.

Prof. Cahyadi Setiawan menambahkan bahwa “Gua Parhelion Nglampar” memiliki karakteristik horizontal-vertikal dengan kedalaman sekitar 10 meter. Medannya cukup menantang, dengan jalur vertikal yang curam dan lorong-lorong sempit. Meski demikian, gua ini menyimpan kekayaan geologis yang luar biasa, seperti stalaktit, stalagmit, gourdam, flowstone, draperies, dan straw yang rapuh. Ornamen-ornamen tersebut menjadi bukti proses geologis yang telah berlangsung selama ribuan tahun, tambah Prof. Cahyadi Setiawan.

Dengan peralatan yang terbatas, tim berhasil melakukan pemetaan sederhana melalui pengukuran dan sketsa di beberapa titik. Hasil pemetaan ini kemudian dipresentasikan pada malam harinya di Balai Kalurahan Giritirto, di hadapan Lurah dan para Dukuh se-Kalurahan.

“Saya mewakili warga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penelusuran gua ini, khususnya kepada tim dari Universitas Negeri Jakarta. Kami bersyukur proses eksplorasi berjalan lancar dan seluruh tim kembali dengan selamat. Ini tentu menjadi awal yang baik untuk pengembangan potensi wilayah kami ke depan,” ujar Lurah Giritirto dalam sambutannya.

Penemuan “Gua Parhelion Nglampar” semakin memperkaya daftar potensi wisata alam Gunungkidul yang dikenal dengan keindahan karst dan gua-gua eksotisnya. Melalui kolaborasi antara akademisi dan masyarakat, gua ini diharapkan dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata edukatif dan konservatif, sekaligus menjadi laboratorium alam yang berharga bagi kajian ilmu kebumian.