Bincang Gamblang: Dosen UNJ dan Warga Jatinegara Kaum Perkuat Literasi Sejarah dan Budaya

Ikuti kami

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Berita
  4. »
  5. UNJ Puncaki Daftar Kampus Berprestasi di…

Berita Terbaru

Kantor Humas dan IP UNJ Raih 5 Penghargaan Pada Ajang IDEAS 2025, Dari Juara Budaya Inklusif hingga Manajemen Krisis

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Dukung Pembangunan Daerah Berbasis Kajian Ilmiah, UNJ Hadiri Peresmian Tugu Titik Nol Kilometer CDOB Kabupaten Indramayu Barat

UNJ Tampilkan Pakaian Adat Betawi di Techfest 2025 India, Perkuat Diplomasi Budaya dan Pendidikan Global

UNJ Tegaskan Komitmen Penguatan Peran Pemuda dalam Pelestarian Lingkungan dan Kependudukan Berkelanjutan

Dosen Sosiologi FISH UNJ Beri Tanggapan Kritis dalam FGD Reviu Buku Tematik “Jakarta Kota yang Tak Pernah Tidur”

UNJ Jajaki Kerja Sama Akademik dengan Tata Institute of Social Sciences (TISS) India

Jakarta, Humas UNJ — Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melalui program pengabdian kepada masyarakat yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNJ menggelar kegiatan Bincang Gamblang bertema “Mengenal Budaya Jatinegara Kaum Lebih Dekat” pada Kamis, 28 Agustus 2025, bertempat di KTH Rumah Kaum Jayakarta, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.

Ketua LPPM UNJ, Prof. Iwan Sugihartono, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap sejarah dan budaya lokal. “Narasi sejarah yang hilang dapat mengikis identitas dan budaya suatu masyarakat,” ujarnya.

Prof. Iwan, yang juga mewakili Rektor UNJ Prof. Komarudin, berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan bagi wilayah binaan UNJ di Jatinegara Kaum. “Semangat ini harus terus dijaga melalui berbagai bentuk implementasi konkret dari para dosen UNJ,” tambahnya.

Ia menekankan pentingnya keterlibatan dosen dalam masyarakat sebagai bentuk nyata pengabdian. “Saya berharap para dosen tidak hanya berkutat di kampus, tetapi juga aktif membawa ilmu dan produk akademik ke tengah masyarakat,” tuturnya.

Wisnu Djatmiko, Dosen Fakultas Teknik UNJ sekaligus penanggung jawab wilayah binaan UNJ di Jatinegara Kaum, menyoroti kekayaan sejarah, tradisi, dan kearifan lokal yang dimiliki kawasan tersebut. “Jika digali lebih dalam, potensi ini bisa menjadi kekuatan untuk memajukan masyarakat lokal,” katanya.

Ia berharap kegiatan diskusi ini dapat membuka ruang dialog antara masyarakat, akademisi, dan pemerintah, serta melahirkan ide-ide segar untuk pelestarian lingkungan dan pemetaan budaya Jatinegara Kaum.

Zarina Akbar, Dosen Fakultas Psikologi UNJ sekaligus ketua tim pengabdian kepada masyarakat, menekankan pentingnya literasi budaya di tengah arus informasi global. “Literasi budaya menjadi sangat penting untuk menjaga identitas lokal dari pengaruh budaya luar,” ujarnya.

Menurut Zarina, Jatinegara Kaum memiliki potensi lokal yang besar untuk dikembangkan melalui kerja sama lintas sektor. “Diskusi ini membuka peluang untuk memperluas jejaring dan kerja sama,” tambahnya.

Raden Haji Hendra, Ketua Majelis Taklim Masjid As-Salafiyah dan tokoh masyarakat Jatinegara Kaum, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. “Ini adalah mimpi lama para tokoh dan warga yang akhirnya terwujud. Semoga dokumentasi sejarah ini dapat terus dikembangkan dalam kajian akademis,” tuturnya.

Wati Kurniawati, Peneliti Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra BRIN, mengulas materi bertema “Kearifan Lokal dan Identitas Budaya Jatinegara Kaum”. Ia menyoroti keunikan bahasa warga Jatinegara Kaum yang merupakan campuran antara bahasa Sunda dan Indonesia, serta nilai-nilai lokal seperti kegotongroyongan dan semangat perjuangan.

“Pendokumentasian sejarah dalam bentuk digital dan buku sangat penting untuk memperkuat literasi sejarah dan mewariskannya kepada generasi mendatang,” ujarnya.

Humaidi, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNJ, dalam materinya “Kajian Penelitian Budaya Jatinegara Kaum”, menekankan pentingnya menjaga tradisi sebagai warisan masa lalu yang harus dilanjutkan. Ia juga mengungkapkan sejumlah situs sejarah penting seperti Masjid As-Salafiyah dan makam para tokoh Jatinegara Kaum.

“Jatinegara Kaum merupakan prototipe komunitas adat yang mampu bertahan di tengah perkembangan kota,” pungkasnya.

Raden Dedy Rachmadi, tokoh muda dan Pembina KTH Rumah Kaum Jayakarta, dalam sesi bertema “Pengembangan Potensi Budaya Jatinegara Kaum”, menyampaikan bahwa identitas warga adalah bagian dari eksistensi yang harus dijaga. Ia menyoroti potensi kawasan sebagai destinasi wisata religi, edukasi, dan ekonomi kreatif.

“Pengembangan budaya akan berhasil jika didukung oleh partisipasi aktif warga dalam memanfaatkan identitas lokal sebagai sumber kesejahteraan bersama,” tutupnya.