Dari Asisten Dosen ke ASN PPPK, Kisah Keteguhan Hati Achmad Siswanto Setelah 15 Tahun Mengabdi di FISH UNJ

Ikuti kami

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Berita
  4. »
  5. FIKK UNJ dan FKIP UMPalopo Jalin…

Berita Terbaru

Kantor Humas dan IP UNJ Raih 5 Penghargaan Pada Ajang IDEAS 2025, Dari Juara Budaya Inklusif hingga Manajemen Krisis

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Kementerian Komunikasi dan Digital Umumkan Rekrutmen Calon Anggota Komisi Informasi Pusat Periode 2026–2030

Perluas Kolaborasi Program Mobilitas Internasional 2026, UNJ Jalin Kerja Sama Strategis dengan JUFE China

Bangun Jejaring Kolaborasi dalam Bidang Psikologi, UNJ Jajaki Kerja Sama dengan Departemen Psikologi IIT Bombay

Jalin Kolaborasi Akademik Bidang Sport Science Berbasis Biomekanik, UNJ Jajaki Kerja Sama dengan Department of Mechanical Engineering IIT Bombay

Jalin Kolaborasi Riset Bioteknologi Kesehatan, UNJ Jajaki Kerja Sama dengan Cell and Tissue Engineering Laboratory IIT Bombay

Jakarta, Humas UNJ — Rabu pagi, 5 November 2025, menjadi hari bersejarah bagi Achmad Siswanto. Di Gelanggang Olahraga lantai 3 Kampus B Universitas Negeri Jakarta (UNJ), ia melangkah dengan mantap meski hatinya berdebar. Setelah lebih dari lima belas tahun mengabdi di dunia akademik, pria yang dikenal sabar dan rendah hati ini akhirnya resmi dilantik sebagai dosen ASN PPPK, bersama 342 pegawai lainnya di lingkungan UNJ.

Bagi sebagian orang, pelantikan ini mungkin sekadar formalitas. Namun bagi Achmad Siswanto, momen itu adalah buah dari perjalanan panjang penuh keteguhan dan keyakinan. Sejak tahun 2010, ia telah menjadi bagian dari keluarga besar UNJ, bukan sebagai dosen tetap, melainkan sebagai asisten dosen yang dengan sepenuh hati mendampingi mahasiswa belajar tentang sosiologi, memahami masyarakat, dan menelusuri realitas sosial yang terus berubah.

Ia memulai langkahnya sebagai asisten dosen dari sosok yang sangat ia hormati, Prof. Suriani yang merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) periode 1998-2004, yang kini dikenal dengan nama Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) UNJ. Dari sosok Prof. Suriani, Achmad Siswanto belajar banyak hal, yakni kedisiplinan, ketulusan, dan kesabaran dalam mendidik.

“Prof. Suriani bukan hanya guru bagi saya dalam bidang ilmu, tapi juga teladan tentang bagaimana seorang pendidik harus berjiwa besar dan rendah hati,” ujarnya dengan nada penuh hormat.

Perjalanan akademik Achmad Siswanto tidak mudah. Ia meniti karier dari bawah, bermula dari ruang-ruang kuliah di mana ia dulu duduk sebagai mahasiswa S1 Jurusan Sosiologi – Program Studi Pendidikan Sosiologi FIS UNJ (kini sudah menjadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FISH UNJ), sebagai angkatan pertama. Tak lama setelah meraih gelar sarjana, semesta seperti memanggilnya untuk kembali. Bukan lagi sebagai mahasiswa, melainkan sebagai pengajar muda.

“Saya masih ingat, dulu setiap kali masuk kelas, rasanya seperti mimpi. Dulu saya duduk di kursi mahasiswa, sekarang saya berdiri di depan mereka,” kenangnya.

Tahun 2014 menjadi tonggak penting dalam perjalanannya. Di tengah kesibukan mengajar, Achmad Siswanto berhasil menyelesaikan studi S2 di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Langkah itu ia tempuh bukan untuk mengejar gelar semata, melainkan untuk memperdalam pemahaman tentang masyarakat dan memperkaya perspektifnya sebagai pendidik.

Namun jalan menuju kepastian status sebagai dosen tetap di UNJ tidak semulus yang ia harapkan. Bertahun-tahun ia menjalani profesi sebagai dosen DPK dengan status yang kerap membuatnya berada di antara harapan dan ketidakpastian. Ia menyebut masa-masa itu sebagai periode pembelajaran hidup yang sebenarnya.

“Saya belajar untuk tidak mengeluh. Yang penting saya tetap mengajar dengan hati, tetap berkontribusi, karena saya yakin setiap usaha akan ada waktunya untuk dihargai,” tuturnya pelan.

Kesabarannya bukan tanpa ujian. Di saat rekan-rekan lain mulai mendapat kepastian karier, Achmad Siswanto memilih tetap setia mengabdi di UNJ. Ia tetap mengajar dengan sepenuh hati, mendampingi mahasiswa bimbingan skripsi, menulis penelitian, dan berpartisipasi dalam kegiatan akademik tanpa pamrih. Ia percaya, pendidikan bukan sekadar profesi, melainkan bentuk pengabdian pada ilmu dan kemanusiaan.

Setelah lebih dari 15 tahun mengabdi, kini perjuangannya mendapat pengakuan resmi dari negara dan UNJ. Saat namanya disebut dalam daftar pelantikan ASN PPPK.

“Rasanya campur aduk. Antara haru, lega, dan bersyukur. Perjalanan panjang ini akhirnya berujung pada sebuah pengakuan yang saya harap bisa membuat saya lebih bermanfaat untuk UNJ,” ujarnya dengan percaya diri.

Rekan-rekan sejawat mengenal Achmad Siswanto sebagai sosok yang tenang, tidak banyak bicara, namun selalu bisa diandalkan. Di antara mahasiswa, ia dikenal sabar dalam membimbing dan tak segan membantu di luar jam kuliah.

“Pak Siswanto itu sosok yang konsisten. Selalu hadir, selalu siap membantu, bahkan di saat kami tahu beliau juga sedang banyak urusan pribadi,” ujar salah satu mahasiswanya dengan penuh hormat.

Bagi Achmad Siswanto, profesi dosen bukan sekadar pekerjaan, melainkan perjalanan spiritual. Ia percaya bahwa setiap ilmu yang ia bagikan akan menjadi amal jariyah, selama dilakukan dengan niat yang tulus.

“Saya tidak pernah berpikir menjadi dosen untuk mengejar status. Saya hanya ingin terus belajar dan berbagi. Itu saja sudah cukup membuat saya bahagia,” katanya lirih.

Ketika ditanya apa arti pelantikan sebagai ASN PPPK baginya, Achmad Siswanto terdiam sejenak sebelum menjawab, “Ini bukan akhir, tapi awal yang baru. Saya ingin terus berbuat yang terbaik untuk mahasiswa, untuk UNJ, dan untuk masyarakat.” Ia juga berharap agar para dosen dan tenaga kependidikan yang masih menunggu giliran tidak kehilangan semangat. “Kalau kita bekerja dengan ikhlas, waktunya akan datang. Tidak ada perjuangan yang sia-sia,” ucapnya mantap.

Di tengah hiruk-pikuk pelantikan hari itu, Achmad Siswanto tampak berdiri tenang di antara ratusan pegawai lain. Senyumnya sederhana, tapi matanya memancarkan rasa lega yang dalam. Lima belas tahun perjalanan, penuh kesabaran dan keteguhan, akhirnya sampai pada titik yang dinantikan.

Bagi UNJ, Achmad Siswanto bukan hanya dosen sosiologi pendidikan. Ia adalah cerminan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh kampus ini, yakni keilmuan, keikhlasan, dan keteguhan dalam mengabdi. Dan bagi dirinya sendiri, perjalanan ini menjadi pengingat bahwa tak ada jalan yang sia-sia jika dijalani dengan kesabaran dan cinta. Karena pada akhirnya, sebagaimana ia selalu katakan kepada mahasiswanya, “Kesetiaan dan ketulusan mungkin tidak selalu terlihat, tapi suatu hari nanti, mereka akan berbicara dengan caranya sendiri.” ujar Achmad Siswanto.

Di akhir sesi wawancara, ia pun mengucapkan rasa terima kasih kepada para kolega dosen, dekanat FISH, dan Rektor.

“Capaian pelantikan hari ini tidak akan tercapai tanpa dukungan dari banyak pihak, baik istri, anak, keluarga dan juga kolega dosen di Prodi Pendidikan Sosiologi dan Sosiologi, dekanat FISH, dan Bapak Rektor. Saya secara pribadi mengucapkan banyak terima kasih,” ucap Achmad Siswanto.