Dari Rawamangun ke Panggung Pendidikan Nasional, Kisah Muhammad Yusro Anak Guru Mengabdi untuk Negeri 

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Berita
  4. »
  5. Dari Rawamangun ke Panggung Pendidikan Nasional,…

Berita Terbaru

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

UNJ dan STP Aviasi Jalin Kerja Sama Strategis untuk Pengembangan SDM dan Tridharma Perguruan Tinggi

Perkuat Sinergi Dalam Bidang Pemasyarakatan, FPsi UNJ Jalin Kerja Sama Strategis Dengan BAPAS Kelas 1 Jakarta Pusat

Dari Kurator Seni Hingga Ahli Dalam Bidang Museum, Kiprah Inspiratif Dosen FBS UNJ Aprina Murwanti

Bangun Jembatan Pendidikan di Asia Tenggara, UNJ Gelar Penutupan Program Magang Internasional 2025

Prodi S2 Pendidikan Lingkungan dan Prodi S3 PKLH Sekolah Pascasarjana UNJ Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Gelombang 2 Hingga Akhir Mei 2025, Buruan Daftar!

Jakarta, Humas UNJ – Ada sebuah kalimat penuh makna dalam buku MADILOG karya Tan Malaka: “Terbentur, Terbentur, Terbentuk.” Kalimat sederhana ini menggambarkan proses menjadi manusia kuat yang harus melalui berbagai pengalaman, kegagalan, dan perjuangan. Hal ini selaras dengan perjalanan hidup Muhammad Yusro, yang akrab dipanggil Yusro.

Muhammad Yusro merupakan dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta (FT UNJ). Sebelum ditugaskan sebagai Sekretaris Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemdikdasmen), Yusro pernah menjabat sebagai Direktur SMK pada Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek. Dalam perjalanannya, Yusro pernah mengikuti berbagai kontestasi pemilihan pimpinan di lingkungan UNJ, antara lain berpartisipasi dalam pemilihan calon Dekan Fakultas Teknik UNJ Tahun 2021 dan pemilihan calon Rektor UNJ pada Pemilihan Rektor UNJ Tahun 2023 lalu.

Menilik ke belakang, Yusro lahir dari keluarga sederhana dan agamis. Pekerjaan orang tuanya sebagai guru agama sekaligus Kepala Sekolah di SD Muhammadiyah Jakarta menjadi sumber penghasilan bagi ketujuh anaknya, termasuk Yusro. Meskipun hidup sederhana, keluarga Yusro tidak pernah kekurangan semangat belajar.

“Orang tua saya selalu berpesan, meskipun hidup dalam kesederhanaan, menyekolahkan anak-anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah keharusan. Pendidikan akan mengubah kehidupan menjadi lebih baik,” kenang Yusro tentang prinsip orang tuanya yang menjadikan pendidikan sebagai investasi untuk masa depan.

Berkat prinsip dan bimbingan orang tua, enam dari tujuh anak berhasil menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana, sementara satu anak lainnya menjadi wirausaha.

Yusro kecil sudah memiliki tekad untuk meringankan beban orang tuanya yang harus menyekolahkan ketujuh anaknya di Jakarta. Yusro terbiasa bekerja apa saja selepas pulang sekolah. Pagi hari diisi dengan belajar di sekolah, sore hari menjajakan koran, berjualan kue dan malam hari mengajar les privat untuk anak-anak dan mengajar ngaji anak-anak di surau dekat rumah. Ternyata darah pendidik menular dari ayahnya yang seorang guru. Tak jarang ia harus membagi waktu antara belajar dan bekerja.

Beruntung, semangatnya seperti api abadi yang tak pernah padam meski dalam guyuran hujan dan sengatan panas matahari. Ia gigih mencari beasiswa. Dompet Dhuafa Republika dan Yayasan Amanah Takaful adalah dua lembaga sosial pendidikan yang sempat menopang perjalanan pendidikannya.

Sejak kecil hingga sekarang, Yusro aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang peduli terhadap masyarakat ekonomi lemah. Pada tahun 1998, Yusro mendapatkan tugas dari pengurus RW untuk mengelola yayasan pendidikan yatim piatu non-panti di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tugas rutinnya saat itu adalah menghimpun dana sosial dari warga sekitar serta para donatur dari berbagai perusahaan.

Cita-cita yang Berpindah Arah
Sebelum terbentur, terbentur, dan terbentuk menjadi dosen, pemikiran pragmatis waktu kecil membuat Yusro sejak awal punya tujuan jelas: cepat bekerja. Maka, ia memilih melanjutkan pendidikan di STM. “Waktu itu tidak pernah kepikiran kuliah, apalagi jadi dosen. Pokoknya yang penting kerja cepat, bantu orang tua,” tulis Yusro dalam jawaban wawancara tulis.

Memilih IKIP Jakarta disarankan oleh guru STM waktu itu karena melihat prestasi akademiknya. Saat mengenyam bangku kuliah S-1, Yusro sering diminta dosen untuk membantu mengajar praktikum elektronika dan terus berlanjut membantu mengajar di program kursus komputer dan elektronika.

Saat kuliah, Yusro juga aktif di berbagai kegiatan kampus dan menjadi pengurus organisasi kemahasiswaan. Yusro pernah menjabat sebagai Sekretaris Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Ketua Senat Fakultas Teknik, Ketua Departemen Sosial Politik BEM UNJ hingga Ketua Bidang Riset Kelompok Peneliti Muda UNJ

Pada waktu S-1, Yusro terpilih menjadi salah satu mahasiswa berprestasi UNJ. Setelah lulus, ia disarankan untuk mengabdi di UNJ (dulu IKIP Jakarta) dengan latar belakang teknik dan pendidikan untuk mengembangkan keahlian di bidang elektronika dan sistem mikrokontroler. Yusro terus mengasah keilmuannya hingga jenjang S-3 Double Degree Indonesia-Perancis.

Setelah menjadi dosen pada tahun 2001, kariernya terus melesat, menghantarkan Yusro sebagai ketua program studi termuda yang dilantik oleh Rektor UNJ pada usia 29 tahun. Tak hanya mengurus akademik, Yusro juga bertugas membangun jejaring dengan industri seperti PT OMRON dan PT FESTO demi kemajuan program studi yang ia pimpin. Momen yang paling berkesan bagi Yusro selama menjadi dosen di FT UNJ adalah mengembangkan berbagai penelitian dan inovasi teknologi, termasuk dalam bidang IoT dan sistem mikrokontroler.

Setelah sukses memimpin program D-3, Yusro dipercaya memimpin Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektronika, hingga menjabat sebagai Ketua Gugus Penjaminan Mutu Fakultas. Ia pun semakin sering dilibatkan dalam pengembangan kurikulum dan akreditasi di tingkat nasional.

Transformasi Menjadi Sekretaris BSKAP
Berdasarkan rekam jejaknya yang memiliki pengalaman dalam penelitian, pengembangan teknologi pendidikan, serta penyusunan kebijakan akreditasi sekolah dan kurikulum, Yusro terlibat dalam berbagai proyek nasional. Ia pernah menjadi anggota BAN PDM selama dua periode dan menjabat sebagai Kepala UPT TIK UNJ, yang membawanya ke posisi strategis dalam birokrasi pendidikan.

Semangat untuk terus belajar dan mengabdi membawanya masuk ke lingkungan birokrasi pemerintah pusat. Ia sempat menjabat sebagai Direktur SMK di Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Saat ini Yusro menjabat sebagai Sekretaris BSKAP.

“Transisi dari kampus ke birokrasi bukan hal mudah,” lanjut Yusro. “Di kampus, kita terbiasa berpikir akademis dan analitis. Tapi di birokrasi, kita harus memastikan kebijakan itu aplikatif dan tepat sasaran, ungkap Yusro.”

Pada posisinya saat ini, Yusro berperan penting dalam penyusunan kebijakan pendidikan dasar dan menengah. Ia mengoordinasikan berbagai pusat di bawah BSKAP, mulai dari standar pendidikan, kurikulum dan pembelajaran, asesmen pendidikan, hingga pusat perbukuan. “Semua itu satu tujuan: memastikan pendidikan berkualitas bisa dirasakan semua anak Indonesia,” tegasnya.

Salah satu tantangan terbesarnya adalah bagaimana membuat kebijakan pendidikan tetap adaptif terhadap perkembangan zaman. Selain itu, mengawal program prioritas Kemendikdasmen menjadi tugas utamanya, yakni mendukung implementasi kebijakan Mendikdasmen yakni Pendidikan Bermutu untuk Semua.

Namun, ada satu hal yang tak berubah dari Yusro: kesederhanaannya. Meski kini menjabat posisi strategis di kementerian, ia tetap bersahaja. Ia masih rutin membimbing mahasiswa, ikut berbagi informasi di berbagai komunitas pendidikan, bahkan menjadi pengurus masjid.

Kepada generasi muda, Yusro berpesan sederhana: tetap rendah hati, menghormati dan membantu sesama, dan jangan lelah belajar. “Kadang kita terlalu fokus pada hasil, padahal proses itu yang membentuk kita,” tuturnya. “Jabatan itu amanah, yang penting bagaimana kita jaga integritas dan niat baik.”

Dari sudut ruang Tanjung Priok hingga ruang rapat kementerian, Yusro membuktikan bahwa pendidikan bisa mengubah nasib siapa pun. Dan ia memilih untuk mengabdikan hidupnya agar lebih banyak anak-anak Indonesia bisa mendapatkan kesempatan yang sama seperti dirinya dulu.