Jakarta-Humas UNJ. Di balik sebuah kunjungan kenegaraan yang bersejarah, kadang tersembunyi jejak-jejak kecil yang nyaris tak terlihat. Bukan lobi-lobi politik atau agenda ekonomi semata, melainkan kerja senyap dari ruang kelas, semangat yang tumbuh dalam jiwa-jiwa muda, dan mimpi-mimpi yang dilantunkan dalam bahasa asing dengan percaya diri. Salah satu jejak itulah yang datang dari SMA Labschool Cibubur Universitas Negeri Jakarta (UNJ), melalui Program France Track, yang dalam diamnya turut menyemai benih yang kelak menarik langkah Presiden Prancis Emmanuel Macron menjejakkan kaki di kampus UNJ, pada 28 Mei 2025.
Kunjungan Presiden Macron ke UNJ bukan semata seremoni. Itu adalah pengakuan. Pengakuan atas keberhasilan sebuah program pendidikan yang lahir dari mimpi, tumbuh dari kerja keras, dan berbuah pada kolaborasi dua bangsa. Dalam setiap senyum peserta didik Program France Track, dalam setiap pidato yang diucapkan dalam bahasa Prancis, tersimpan harapan, bahwa dunia bisa menjadi lebih dekat, lebih bersahabat, dan lebih seimbang melalui pendidikan. Dan di titik itulah, SMA Labschool Cibubur UNJ tidak hanya menjadi sekolah. Ia menjadi jembatan antarperadaban, dan Program France Track menjadi pijakan yang membawa Rawamangun ke peta global diplomasi budaya.

Program France Track sendiri dimulai pada 8 Januari 2019 lalu. Hal ini sebuah langkah kecil yang diambil oleh sekelompok pengelola dan pendidik visioner. Mereka tidak tahu bahwa keputusan itu akan membelah sejarah pendidikan Indonesia dan menjahitkan nama SMA Labschool Cibubur UNJ ke dalam peta diplomasi kebudayaan global. Langkah itu bernama Program France Track. Sebuah program pendidikan dwibahasa Prancis yang lahir bukan sekadar sebagai tambahan kurikulum, melainkan sebagai jembatan peradaban antara Cibubur, Rawamangun dan Republik Prancis.

Kurikulum France Track mengacu pada kurikulum Pendidikan Nasional. Mata pelajaran bahasa Prancis ditargetkan untuk bisa lulus Ujian DELF A1 sampai dengan DELF B2. Selain itu, mata pelajaran sains, Matematika dan Fisika, diajarkan juga dalam bahasa Prancis oleh guru Native lulusan Prancis. Pengelola SMA Labschool Cibubur UNJ tak henti berkoordinasi dan berdiskusi dengan Institut Francais d’Indonesie (IFI).

Di SMA Labschool Cibubur UNJ, Program France Track bukan hanya program. Ia adalah taman yang mekar dari benih mimpi menjadi taman kosmopolitan bernama harapan. Segalanya bermula dari kelas inisiasi, di sinilah peserta didik mengenal dunia baru yang dibalut keindahan fonetik bahasa Prancis. Tak ada yang terburu-buru, karena seperti seni, bahasa pun butuh kepekaan rasa. Mereka dibimbing oleh guru-guru pilihan, bukan sembarang pengajar, melainkan lulusan universitas ternama di Prancis dan bahkan penutur asli dari tanah Molière. Di balik setiap aksen nasal dan lirik chanson, tersembunyi dedikasi mendalam agar peserta didik tak sekadar bisa, tapi mencintai.

Lalu datang Trial Class Bahasa Prancis, undangan bagi mereka yang penasaran. Ini bukan ruang kelas biasa, ini adalah perbatasan pertama menuju dunia yang lebih luas. Di sana, para peserta didik dan orang tua belajar bersama, bukan hanya tentang konjugasi, tapi tentang mimpi yang bisa dibagi.
Di antara itu semua, Festival du cinéma français menjelma sebagai panggung ekspresi. Film-film Prancis ditayangkan, bukan hanya untuk ditonton, tetapi direnungkan. Mereka belajar bahwa bahasa juga hidup dalam gambar, irama, dan ekspresi manusia.
Namun, Program France Track tak berhenti di dalam kelas. Life School hadir sebagai jembatan nilai-nilai universal, tanggung jawab, kreativitas, keberanian untuk berbeda. Di tengah kegiatan ini, tumbuh keyakinan bahwa menjadi global tidak berarti melupakan akar, tetapi memperluas cabang
Lalu tibalah Pekan Francophonie, sebuah pekan yang menyulap sekolah Labschool Cibubur UNJ menjadi oasis Frankofon. Ada parade budaya, pentas seni, lomba pidato, dan diskusi tentang tokoh-tokoh besar Prancis. Semangat itu tak berhenti di pekan itu saja, karena Club Francophone berdiri sebagai ruang aktualisasi sepanjang tahun. Di klub ini, peserta didik tak hanya berlatih, tetapi hidup dalam bahasa dan budaya Prancis.
Dalam ruang digital, Program Culturethèque memberi akses tak terbatas pada literatur, film, dan pengetahuan Prancis, menjadikan setiap gawai peserta didik sebagai jendela ke dunia Frankofon. Kemudian hadir Visite Interlocuteur Natif, di mana peserta didik berdialog langsung dengan native speaker dari Prancis. Mereka belajar berbicara, tetapi yang lebih penting: mereka belajar mendengarkan. Mendengarkan dunia lain yang kini terasa lebih dekat dari sebelumnya.
Motivation pour étudiant menjadi bahan bakar semangat. Dalam sesi-sesi khusus, peserta didik diberikan inspirasi dari alumni dan profesional, tentang bagaimana mimpi mereka bisa benar-benar mendarat di Paris, Lyon, atau Toulouse.
Joint Working Group dan pendampingan Campus France adalah langkah strategis. Di sinilah SMA Labschool Cibubur UNJ menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar mempersiapkan peserta didik untuk bahasa, tetapi untuk masa depan akademik di negeri Eiffel.
Hingga suatu hari, gedung sekolah menjadi saksi bisu kehormatan besar, yaitu kunjungan Duta Besar Prancis untuk Indonesia ke Labschool Cibubur UNJ. Dalam tatapan para peserta didik, ada cahaya keyakinan. Bahwa langkah mereka yang dulu diawali dengan “Bonjour”, akan sampai pada gerbang kampus-kampus terbaik di Prancis. Dan tak lama, kunjungan ke universitas di Prancis pun terlaksana. Mereka melangkah di kampus yang dahulu hanya dikenal dari literatur, Sorbonne, Sciences Po, dan lainnya. Mimpi tak lagi jauh. Ia kini nyata di bawah kaki mereka.
Lima tahun berlalu. Pada 2 Agustus 2024, dunia akhirnya mencatat apa yang telah tumbuh secara tekun dan tanpa gegap gempita itu. Dalam dokumen resmi milik Kementerian Luar Negeri Prancis—lampiran halaman 33 dari “Arrêté Liste Etablissements Scolaires Étrangers LabelFrancÉducation 2024”—tertera nama SMA Labschool Cibubur. Sebuah baris teks yang mungkin sederhana bagi sebagian orang, tapi bagi Indonesia khususnya Labschool Cibubur UNJ, itu adalah nyala api pengakuan global. SMA Labschool Cibubur UNJ kini menjadi bagian dari 716 sekolah prestisius di 67 negara yang menyandang LabelFrancÉducation, suatu kehormatan yang hanya diberikan kepada lembaga yang mampu menjaga standar pendidikan dwibahasa Prancis dengan mutu tinggi.
Label ini bukan sekadar lencana. Ia adalah konfirmasi, bahwa di tanah Cibubur telah tumbuh sebuah institusi yang mampu membentuk para pemuda dengan wawasan global, kecakapan bahasa Prancis yang mumpuni, dan kesiapan akademik untuk menjelajahi universitas-universitas di Paris, Lyon, Toulouse, dan Nantes.
Tahun 2023 menjadi titik awal kebangkitan itu. 17 alumni Program France Track SMA Labschool Cibubur UNJ diterima di universitas-universitas terbaik di Prancis. Bagi sebagian orang, itu mungkin angka kecil. Namun di balik angka itu, ada ribuan jam perjuangan, air mata di balik senyum, dan semangat yang tak pernah padam untuk menerobos batasan bahasa, budaya, dan mimpi.
Seiring waktu, api itu menjalar. Tidak membakar, tetapi menyinari. Tahun 2024, lonjakan luar biasa terjadi, 40 alumni diterima di universitas terbaik Prancis. Tidak ada keajaiban instan. Yang ada adalah dedikasi, sistem yang dirancang cermat, dan cinta yang besar pada proses pembelajaran. Di balik keberhasilan itu, berdiri guru-guru hebat, program-program unggulan seperti Culturethèque, Club Francophone, Festival du Cinéma, dan pendampingan intensif Campus France—semua dirajut menjadi jembatan ke masa depan.
Tahun 2025, 32 alumni kembali diterima di universitas terkemuka di Prancis. Angka itu bukan penurunan. Itu adalah konsistensi. Itu adalah bukti bahwa France Track bukan sekadar kebetulan, bukan angin keberuntungan yang berhembus sesaat, melainkan buah dari sistem pendidikan berkarakter global yang telah terbangun kokoh di SMA Labschool Cibubur UNJ.
Bayangkan dalam tiga tahun, 89 alumni dari satu program di satu sekolah telah menembus gerbang universitas-universitas terbaik di Prancis, dari Sorbonne hingga Grenoble, dari Sciences Po hingga Université de Lyon. Mereka bukan hanya menimba ilmu, tetapi membawa nama Cibubur, UNJ, dan Indonesia ke panggung dunia.
Di tengah dunia yang semakin terfragmentasi, Program France Track menawarkan harapan akan keterhubungan. Tentang bagaimana seorang peserta didik dari pinggir Jakarta bisa berbincang tentang filsafat dengan mahasiswa Paris, atau tentang perubahan iklim di ruang debat Toulouse. Mereka kini menjadi duta pemuda Indonesia dengan semangat global, akar lokal, dan visi internasional.
Tak ada yang lebih indah daripada melihat mimpi anak-anak negeri tumbuh dan menjelma nyata. Dan semua itu dimulai dari satu tempat, yaitu SMA Labschool Cibubur UNJ, tempat mimpi tidak hanya digantungkan, tetapi ditapaki, dirawat, dan diterbangkan.
Ini bukan sekadar data tahunan. Ini adalah lompatan sejarah pendidikan. Ini adalah drama keberhasilan yang tak tercipta dalam sehari, tapi dibentuk oleh setiap salam “bonjour”, setiap latihan percakapan, dan setiap keberanian untuk berkata, “Aku bisa.”
Dan saat malam turun di Cibubur, sementara cahaya lampu-lampu kota Paris menyinari ruang-ruang belajar para alumni di sana, kita tahu cahaya mereka berasal dari sini. Dari ruang-ruang sederhana yang penuh cinta dan tekad.
Program France Track bukan sekadar program. Ia adalah misi. Misi untuk memadukan kedalaman filsafat Prancis dengan semangat kemerdekaan berpikir Indonesia. Misi untuk meruntuhkan batas geografis lewat ruang kelas. Dan kini, dengan pengakuan LabelFrancÉducation, misi itu tak lagi berjalan sendiri. Ia kini menjadi bagian dari jaringan resmi Kementerian Luar Negeri Prancis, memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra strategis dalam pertukaran intelektual.
SMA Labschool Cibubur UNJ telah mengukir sejarah. Bukan dengan gegap gempita, tetapi dengan ketekunan, integritas, dan cita-cita besar yang ditanamkan dari ruang kelas hingga panggung dunia. Kini, setiap peserta didik yang melangkah ke jalur program France Track bukan hanya belajar bahasa, mereka sedang merajut jembatan diplomasi. Menjadi bagian dari arus pengetahuan yang melintasi samudra, dari Cibubur ke Champs-Élysées.
Dan kelak, ketika sejarah pendidikan Indonesia ditulis, akan ada halaman-halaman yang menyebut nama mereka dengan takzim, sebagai pelintas batas, sebagai penjejak lintas budaya Francophonie di bumi pertiwi, dan sebagai saksi bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan jika dipandu oleh ilmu, integritas, dan semangat juang. Maka biarlah tinta emas itu mengalir, menuliskan kisah tentang Cibubur yang menjangkau Paris, tentang Rawamangun yang menjadi simpul dunia, dan tentang Indonesia yang berdiri tegak dalam barisan bangsa-bangsa pembangun peradaban.