Di Balik Senyum yang Tenang, Ada Doa Tiga Dekade, Kisah Haru Sudarmini Pegawai Setia UNJ yang Kini Jadi ASN PPPK UNJ

Ikuti kami

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Berita
  4. »
  5. UNJ Puncaki Daftar Kampus Berprestasi di…

Berita Terbaru

Kantor Humas dan IP UNJ Raih 5 Penghargaan Pada Ajang IDEAS 2025, Dari Juara Budaya Inklusif hingga Manajemen Krisis

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Dukung Pembangunan Daerah Berbasis Kajian Ilmiah, UNJ Hadiri Peresmian Tugu Titik Nol Kilometer CDOB Kabupaten Indramayu Barat

UNJ Tampilkan Pakaian Adat Betawi di Techfest 2025 India, Perkuat Diplomasi Budaya dan Pendidikan Global

UNJ Tegaskan Komitmen Penguatan Peran Pemuda dalam Pelestarian Lingkungan dan Kependudukan Berkelanjutan

Dosen Sosiologi FISH UNJ Beri Tanggapan Kritis dalam FGD Reviu Buku Tematik “Jakarta Kota yang Tak Pernah Tidur”

UNJ Jajaki Kerja Sama Akademik dengan Tata Institute of Social Sciences (TISS) India

Jakarta, Humas UNJ — Kesetiaan dan keikhlasan selama lebih dari tiga dekade akhirnya berbuah manis bagi Sudarmini, salah satu tenaga kependidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pagi itu, Rabu (5/11), di Gelanggang Olahraga Kampus B UNJ, langkah kakinya terasa pelan namun mantap. Di antara ratusan wajah penuh harap, nama Sudarmini akhirnya disebut. Perempuan itu menunduk, matanya berkaca-kaca. Setelah puluhan tahun mengabdi, kini ia resmi dilantik sebagai Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK) UNJ bersama 343 pegawai lainnya.

“Saya legowo saja. Kalau diangkat alhamdulillah, kalau tidak ya sudah, mungkin belum rezeki. Tapi alhamdulillah, akhirnya Allah kasih jalan juga,” ucap Sudarmini dengan suara bergetar namun tenang. Dalam suaranya yang lembut, terselip kisah panjang penuh kesabaran dan keteguhan hati yang jarang diketahui orang.

Perempuan yang akrab disapa Darmi itu telah mengabdi di UNJ sejak tahun 1994. Saat itu, ia masih muda dan penuh semangat, bekerja sebagai pramubakti di Sekolah Pascasarjana. Ia menjalani rutinitas sederhana, dari menyapu, merapikan ruangan, hingga membantu administrasi, namun semua itu dilakukan dengan cinta dan tanggung jawab. Dua puluh tujuh tahun lamanya ia bertugas di unit itu, hingga akhirnya berpindah ke Satuan Pengawas Internal (SPI) dan Majelis Wali Amanah (MWA) saat ini.

“Hampir seluruh karier saya dihabiskan di UNJ. Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari perjalanan panjang ini,” katanya sambil menatap jauh, seolah melihat potongan waktu yang telah berlalu.

Sudarmini adalah saksi hidup perubahan UNJ. Ia menyaksikan gedung-gedung lama dirobohkan untuk diganti bangunan baru, mendengar nama-nama rektor memimpin dan berganti, dan melihat wajah-wajah baru bermunculan setiap tahun.

“Dulu gedungnya belum seperti sekarang. Sekarang UNJ jauh lebih bagus dan berkembang pesat. Saya bangga bisa ikut tumbuh bersama UNJ,” ujarnya sambil tersenyum kecil, dan menyembunyikan perasaan haru yang sulit ia ungkapkan.

Namun, di balik senyum itu, ada tahun-tahun panjang yang tidak mudah. Ia pernah merasa lelah, bukan karena pekerjaannya, melainkan karena harapannya yang tak kunjung berwujud.

Saat orang lain mungkin memilih menyerah, Darmi tetap datang ke kantor setiap pagi, tetap melayani dengan senyum, tetap bekerja dengan tanggung jawab penuh.

“Saya tetap semangat, tetap ikhlas. Karena dari awal, saya kerja bukan karena status, tapi karena saya cinta pekerjaan ini,” tambahnya pelan.

Dalam hidupnya, keikhlasan menjadi kekuatan terbesar. Ia selalu berpegang pada keyakinan bahwa apa pun yang dikerjakan dengan hati tidak akan sia-sia. “Keluarga yang membuat saya kuat. Saya ingin tetap bermanfaat, tetap bisa menghidupi anak-anak, dan memberi contoh bahwa kerja itu harus dengan hati,” ucapnya sambil menunduk.

Ia ingat betul masa-masa sulit, ketika anak-anaknya masih kecil dan gaji honorer nyaris tak cukup untuk biaya sekolah. Tapi ia bertahan, dengan sabar, dengan doa yang tak pernah putus.

Perjuangan menuju pengangkatan sebagai ASN PPPK juga bukan perjalanan yang singkat. Sudarmini telah mencoba beberapa kali. “Tahun 2010 saya sudah pernah ikut pemberkasan, tapi belum lolos. Padahal saya yang paling lama,” katanya, matanya sedikit berkaca.

Namun, ia tidak marah, tidak kecewa. Ia hanya tersenyum dan berkata pada dirinya sendiri untuk mencoba lagi suatu hari nanti. Dan janji itu akhirnya ia tepati di tahun 2025, saat ia kembali mencoba dan didorong oleh rekan-rekan kerja yang peduli dan tim kepegawaian UNJ yang mendukung penuh.

“Banyak teman-teman yang bantu. Mereka enggak membedakan, malah men-support saya. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali dikelilingi orang-orang baik,” katanya dengan suara bergetar.

Hari ketika Surat Keputusan (SK) itu diserahkan, menjadi salah satu hari paling bersejarah dalam hidupnya. Lembar kertas itu mungkin tampak biasa bagi orang lain, tapi bagi Sudarmini, itu adalah simbol dari puluhan tahun pengabdian, air mata, dan kesabaran.

“Antara percaya dan tidak. Saya langsung kasih tahu suami. Suami cuma bilang, “Makasih ya, Mah, akhirnya kesampaian juga,” ceritanya dengan senyum tipis yang tak mampu menahan air mata.

Kini, setelah resmi menjadi ASN PPPK, Darmi tidak menganggap pencapaian ini sebagai akhir, tetapi awal dari babak baru dalam pengabdiannya. Ia ingin terus berkontribusi, bekerja dengan hati, dan menjadi teladan bagi pegawai lain.

“Semoga UNJ semakin unggul dan para pegawainya semakin sejahtera. Yang penting jangan lupa dengan tanggung jawab. Amanah itu harus dijaga,” pesannya lembut.

Kepada rekan-rekan honorer yang masih menunggu giliran, ia berpesan dengan tulus,

“Jangan patah semangat. Rezeki itu sudah diatur. Kalau belum sekarang, mungkin nanti. Teruslah berbuat baik dan bekerja dengan ikhlas, karena semua akan indah pada waktunya.”

Sebelum mengakhiri perbincangan, ia sempat menunduk sejenak, lalu berkata pelan, “Terima kasih untuk Bapak Rektor dan para pimpinan UNJ yang sudah memberi kami kesempatan.” ungkapnya sambi tersenyum—senyum dan menyimpan sejuta rasa lega, haru, dan syukur.

Bagi Sudarmini, tiga dekade pengabdian bukan tentang lamanya waktu, tapi tentang seberapa dalam cinta dan kesetiaan itu tertanam. Ia adalah bukti nyata bahwa kerja dengan hati, meski tanpa sorotan, suatu saat akan menemukan jalannya sendiri menuju cahaya.