Jakarta, Humas UNJ – Dalam sebuah seminar nasional yang diselenggarakan oleh Program Studi Kecabangan Kepelatihan Olahraga (KKO) Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan UNJ, Hidayat Humaid, Ketua KONI DKI Jakarta sekaligus Dosen UNJ, pada 28 Mei 2025 di Gedung Olahraga UNJ, menyatakan bahwa UNJ memberikan sumbangsih bagi perkembangan dunia olahraga, khususnya di DKI Jakarta, melalui Pelatda. Meski demikian, menurutnya, kontribusi akademisi dalam dunia kepelatihan masih sedikit.
Menurut Hidayat, sebanyak 10,2 persen akademisi Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Jakarta menjadi pelatih, asisten pelatih, dan Strength and Conditioning (SC) di Pelatda KONI DKI Jakarta.
“Dalam dunia kepelatihan, peran akademisi masih harus berjuang mempopulerkan dirinya untuk dapat terjun ke dalam dunia kepelatihan atlet. Saat ini, populasi pelatih masih didominasi oleh mantan atlet,” ujarnya.

Hidayat menambahkan bahwa peran akademisi UNJ khususnya memiliki pengalaman penting dalam memahami dan mengimplementasikan sport science serta pengembangan ilmu pengetahuan. “Akademisi perlu membuktikan bahwa sport science dapat menjadi jembatan dalam mencetak atlet berprestasi,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya pemahaman sport science dalam dunia olahraga dan kepelatihan karena fungsinya sebagai dasar ilmiah proses latihan, pemantauan dan evaluasi kinerja pelatih, pencegahan dan rehabilitasi cedera, optimalisasi nutrisi dan hidrasi, pengembangan teknologi latihan dan pemantauannya, serta peningkatan kompetensi tenaga keolahragaan.
“Dunia olahraga mengalami perubahan terutama sejak era digital. Pelatih harus beradaptasi dengan dunia digital (teknologi) dan sport science,” jelasnya.
Teknologi yang terpadu dengan sport science dapat menjadi data untuk menganalisis performa atlet sekaligus menjadi standar dalam banyak cabang olahraga. “Pelatih dituntut tidak hanya paham teknik tetapi juga harus akrab dengan teknologi,” tambahnya.
Menurut Hidayat, beberapa persoalan yang dihadapi dunia kepelatihan tanah air adalah kesenjangan kompetensi digital, adaptasi teknologi baru, ketidakpahaman terhadap kepelatihan berkelanjutan, persaingan global dan standar internasional, ketergantungan berlebih pada teknologi, serta ketidakmerataan kualitas pelatih antara satu daerah dengan daerah lainnya.
“Analisis ini penting untuk memajukan prestasi olahraga nasional dan internasional, serta menjadi standar penting dalam merumuskan regulasi yang tepat,” katanya.
“Dahulu, pelatih biasa melatih hingga 10-15 atlet. Kini, atlet dikepung oleh pelatih seperti pelatih kepala, pelatih fisik, dan lain-lain. Inilah perubahan-perubahan penting dalam dunia olahraga saat ini yang semakin spesifik,” tambahnya.
Hidayat juga menambahkan bahwa saat ini dunia kepelatihan sudah banyak berubah, terutama dalam hal kesejahteraan yang mulai diperhatikan. “Karir pelatih cukup menjanjikan. Pelatih sekarang sudah memiliki pendapatan yang baik meski besarannya ditentukan oleh kapasitasnya dalam melatih dan posisinya,” ujarnya.
Hidayat juga berpesan kepada seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan UNJ untuk terus mengejar prestasi setinggi-tingginya. Begitu sudah memasuki fase pensiun dari atlet, mereka dapat memanfaatkan ilmu dari kuliah untuk dipraktikkan dalam dunia kepelatihan.