Internasionalisasi UNJ : “10 TAHUN  Kerja Sama dengan Leipzig University dan Universitas Brawijaya”

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Feature
  4. »
  5. Internasionalisasi UNJ : “10 TAHUN  Kerja…

Berita Terbaru

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Pojok Statistik FMIPA UNJ Jadi Percontohan Dalam Inovasi Pengembangan Lembaga Statistik Pada Kampus di Indonesia

Prof. Sofia Hartati, Executive Board Asia Pacific dari PECERA Sekaligus Pelopor Pendidikan PAUD Berkualitas di Indonesia Kebanggaan UNJ

Batavia Team UNJ: Inovasi AI yang Mengantarkan Juara di Shell Eco-marathon Asia-Pacific & Middle East 2025

Hermanto, M.Pd.: Dosen FIKK UNJ dan Ahli Sport Science di Kancah Internasional yang Mengharumkan Nama Indonesia Melalui Olahraga Basket

Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni Hadiri Buka Puasa Bersama Dengan Forum Komunikasi Gedung G (FKG) UNJ

Humas UNJ, Jakarta – Dalam rangka internasionalisasi menuju World Class University, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan kerja sama dengan Leipzig University Jerman dan Universitas Brawijaya Malang. Kerja sama antara UNJ, Leipzig University, dan Universitas Brawijaya ini sudah berlangsung selama lebih dari 10 tahun sejak tahun 2010 silam.

Program ini didanai oleh Lembaga Pertukaran Akademis Jerman atau Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) melalui inisiatif “Higher Education Dialogue with the Muslim World” dan memiliki tujuan memperdalam pemahaman lintas budaya dan hukum antara Indonesia dan Jerman.

Tahun ini, Taking Perspectives 2024 mengusung tema “Religion, Symbols, and Social Cohesion”.  Adapun tema, nama program dan konsepnya berbeda di setiap tahunnya, seperti Join Summer Program, dan Law and Culture. Pada Taking Perspectives 2024 ini imengusung topik utama “Freedom of Religion and Pancasila”.

Pada kegiatan ini, para peserta mendiskusikan pengaturan agama di Indonesia dan Jerman, serta Pancasila dan Grundgesetz (GG) atau Basic Law for the Federal Republic of Germany. Program dilaksanakan dalam tiga tahap, di Leipzig Jerman (17-27 Juni 2024), Universitas Negeri Jakarta (9-12 September 2024), dan Universitas Brawijaya Malang (12-18 September 2024).

UNJ mendelegasikan tiga dosennya, Heryanti Utami, S.ST.Par., M.M.Par., dari Program Studi Usaha Perjalanan Wisata, Dr. Rihlah Nur Aulia, MA., dari Program Studi Pendidikan Agama Islam dan Muslihin, S.Pd., MA., dari Program Studi Pendidikan Agama Islam. Serta empat mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial, diantaranya Algracia Vanessa Halim, Rachel Natasya Alicia, Lita Patimah, dan Saif Alauddin Rafi.

Leipzig University juga mengirimkan perwakilan dosennya, diantaranya Prof. Thomas Schmidt-Lux, Prof. Christoph Enders, dan Anja Frank, serta 10 mahasiswanya dari Fakultät für Sozialwissenschaften und Philosophie, dan Juristenfakultät: Josefine, Carlotta, Lara, Anneke, Pia, Anneliese, Noemi, Nils, Paula, dan Richard.

Sedangkan dari Universitas Brawijaya delegasi terdiri dari dosen Ranitya Ganindha, S.H., M.H., Muhammad Dahlan, S.H. M.H., dan Mohammad Hamidi Masykur, S.H., M.Kn. bersama mahasiswa Fakultas Hukum UB, Shofa Umrotul Hasanah, Zakiyyatu Fadzilla, Ardhan Dwi, dan Difa Wafani.

Heryanti Utami, selaku koordinator kegiatan mengatakan bahwa kerja sama yang telah berlangsung selama 10 tahun ini berjalan sangat baik. Para mahasiswa dan para dosen yang terlibat bisa merasakan pengalaman berkaitan dengan bidang Hukum dan Budaya di Indonesia dan Jerman.

Dengan adanya program ini, lanjut Bu Tami sapaan akrabnya, dapat melihat perspektif di level internasional, khususnya pada program pertukaran dengan Universitas Leipzig di Jerman. “Program ini juga sangat mendukung dari visi misi internasionalisasi UNJ yaitu menjadi World Class University” jelasnya.

Sependapat dengan Bu Tami, Andreas Schneider selaku Koordinator dari DAAD,  juga merasa program ini berjalan sukses, para mahasiswa memiliki kesempatan mengenal budaya negara lain, masyarakat, dan perspektif  khususnya Jerman dan Indonesia. “Ya program pertukaran dosen dan mahasiswa antar negara ini jadi kesempatan dan untuk projek pengembangan diri sendiri” ujarnya.

Mereka banyak dapat wawasan baru yang berbeda dari bidang ilmu sosial dan perspektif hukum yang ada pada masing-masing negara.

Selama di UNJ, menurut Andreas, ia mendapat pemahaman melalui seminar, presentasi narasumber dan diskusi dengan dosen dan mahasiswa yang berpartisipasi. “Pengalaman yang sangat baik diberikan disini, dari dosen dan staf panitia semuanya sangat baik menerima kami dari Leipzig ketika datang ke UNJ”.

Salah satu mahasiswa delegasi dari Fakultas Ilmu Sosial UNJ, Rachel Natasya Alicia, mengaku program Taking Perspectives merupakan pengalaman internasional pertama selama berkuliah 4 tahun di UNJ. “ Saya ingin menutup perkuliahan dengan mencoba pertukaran mahasiswa internasional. Program ini menarik di mana selain perbedaan latar belakang negara, perbedaan sudut pandang ilmu sosial dan hukum yang disatukan dalam program ini menjadi poin plus khusus untuk diikuti, jadi dalam Taking Perspectives 2024, kita bisa mendapatkan berbagai macam sudut pandang baik dari sisi hukum dan sosial yang dipengaruhi dari latar belakang negara berbeda ujarnya.

Selama di Jerman, kata Rachel sapaan akrabnya, program yang diikuti beraneka ragam, baik kunjungan ke Pengadilan Tinggi Administratif Jerman, seminar antar bidang keilmuan hukum dan sosial, serta mempelajari studi kasus permasalahan yang terjadi di masyarakat ditinjau dari sudut pandang hukum dan sosial dari kedua negara. “Dengan beragamnya kegiatan, tentunya menimbulkan kesan yang sangat mendalam. Selain secara akademik yang menambah wawasan dan pengetahuan baru terkait topik hukum dan sosial yang dibahas, secara personal juga menambah relasi antar kampus dan antar negara” ungkapnya.

Bagi Rachel, ia berharap bisa memanfaatkan segala pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan selama program ini untuk meningkatkan kapasitas diri dan memanfaatkan jejaring personalnya.

Saat wawancara dengan salah seorang dosen delegasi dari UNJ, Bu Rihlah bercerita bahwa ia dan tim mempersiapkan para mahasiswa delegasi dari UNJ untuk mematangkan materi yang akan dipresentasikan di Leipzig, dari mulai bahasa, bagaimana menyampaikan konten, teori-teori, kehidupan masyarakat Indonesia terkait dengan topik pada program ini.

Di Leipzig, empat mahasiswa presentasi tentang pancasila dan juga bagaimana kehidupan implementasi dari pancasila dilihat dari sisi agama dan keberagamaan dalam konteks di Indonesia.

“Pertama bicara tentang Pancasila, kemudian pada pertemuan minggu berikutnya para mahasiswa presentasi bagaimana umat beragama di Indonesia. Kita lebih menekankan kepada bidang sosial” ujar Bu Rihlah.

Kurang lebih setengah tahun lamanya, empat mahasiswa delegasi UNJ dibimbing. Mereka berasal dari berbagai latar belakang program studi,  mereka dibingkai cara berpikirnya dalam melihat pancasila. Para dosen delegasi UNJ mempersiapkan mahasiswanya dari konsep teoritik, metodologi, dan implementasi serta cara menyampaikan ide-ide dan pikiran yang dibawa ke Leipzig.

Misalnya, Rachel dari program studi Geografi, ia menjelaskan bagaimana melihat Pancasila untuk menjembatani perbedaan-perbedaan dari sisi latar belakang geografis dan agama.

“Kenapa di Indonesia khususnya yang beragama Islam menjalankan ibadah terjadi perbedaan, mereka kami ajak untuk menyampaikan bagaimana menjembatani perbedaan itu dengan Pancasila sebagai rule, dan way of life”, kata Bu Rihlah.

Berbeda dengan Algracia, mahasiswa Sosiologi UNJ yang beragama Kristen dan berasal dari Indonesia bagian timur yang notabene bukan mayoritas di Indonesia, Ia mencoba mengimplementasikan Pancasila dari sisi sosiologi sebagai bingkai keilmuannya. Bagaimana pancasila itu melindungi dia, bagaimana peran masyarakat minoritas ditengah mayoritas di bingkai dari Pancasila.

Delegasi empat mahasiswa yang dikirim ke Leipzig membawa misi UNJ menjadi World Class University dan misi Fakultas Ilmu Sosial “Mencerdaskan dan Mencerahkan” melalui pancasila sebagai tema besar dan keilmuan mereka masing-masing.

Selain mahasiswa, dosen delegasi dari UNJ juga presentasi di kelas tentang Pancasila sebagai Paradigma dalam Kehidupan Sosial Budaya di Indonesia. “Terjadi diskusi luar biasa di sana, mereka mengkritisi, dan sangat ingin tahu, ketika kita presentasi, antusiasme dari profesor dan mahasiswa disana luar biasa,” ujar Bu Rihlah.

Jerman melihat kegiatan-kegiatan di Indonesia disajikan dengan seremonial budaya seperti tari-tarian, baju adat, dan lain lain. Jerman khususnya Leipzig yang tadinya sangat kaku tidak ada seremonial dalam kegiatannya, tapi begitu mereka belajar ke Indonesia dan diterima dengan budaya seremonial membuat mereka akhirnya  mengikuti budaya Indonesia.

“Kemarin di Leipzig, mereka menyajikan budaya mereka melalui musik klasik khas Jerman. Musik dibawakan oleh anak-anak seni yang waktu itu dibimbing oleh dosen Anja dari Fakultas Ilmu Sosial Leipzig”, cerita Bu Rihlah.

Taking Perspectives dilihat dari sisi Hukum dan Sosial sebagai tema besar dalam program ini membuat delegasi Indonesia  juga belajar bagaimana hukum dan undang-undang yang ada di Jerman.

Selain presentasi dan diskusi di kelas setiap hari selama di Jerman, delegasi UNJ beserta rombongan peserta pertukaran dengan Leipzig juga melakukan kunjungan lapangan. Rombongan peserta mengunjungi Federal Administrative Court (Bundesverwaltungsgericht) dan tempat bersejarah seperti Monument to the Battle of the Nations (Völkerschlachtdenkmal). Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat dari teori-teori yang didiskusikan di kelas. 

“Kita diskusi bagaimana hukum di Jerman dibuat, bagaimana implementasi hukum di Jerman, kita juga diajak melihat dari sisi bangunan dan sejarahnya. Selama 14 hari disana, kami melakukan aktivitas dalam kampus dan observasi di luar kampus, dan di akhir kami mengadakan farewell party disana”, kata Bu Rihlah.

Selesai di Jerman, rombongan delegasi dari Leipzig, UNJ, dan Brawijaya pindah ke Jakarta. Kali ini UNJ menjadi tuan rumah pada Taking Perspectives 2024 dari tanggal 9-12 September 2024. UNJ mengadakan seminar dan kunjungan ke beberapa tempat penting di Jakarta. Kunjungan tersebut diantaranya Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Gedung yang menjadi Kantor MPR dan DPR RI, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kunjungan tersebut dilakukan di hari kedua. Kunjungan ini diharapkan dapat memperluas wawasan peserta dalam perspektif agama dan politik di Indonesia.

Sedangkan pada hari pertama, UNJ mengadakan seminar dengan menghadirkan pakar Wakil Ketua Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dr. TB. H. Ace Hasan Syadzily, M.Si. untuk bisa menyampaikan Pancasila sebagai representasi dari anggota dewan.

Selain itu, Dekan FIS UNJ, Firdaus Majdi, M.A., Ph.D., dari program studi Pendidikan Agama Islam juga dihadirkan untuk menyampaikan dari sisi keagamaan dan keberagamaan di Indonesia yang dibingkai dari Pancasila.

“Ini sebagai bagian dari memperkuat bagaimana nilai-nilai pancasila terimplementasi dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia.”

Letak Masjid Istiqlal yang bersebelahan dengan Gereja Katedral mengundang terjadinya dialog para profesor dan mahasiswa Leipzig. Istiqlal yang menjadi representasi masjid besar di Indonesia sebagai wadah toleransi bagi umat beragama dan bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga menjadi sarana pengetahuan orang-orang diluar Islam mengetahui tentang Islam itu sendiri. Setelah itu, rombongan melanjutkan ke Gereja Katedral melalui terowongan penghubung yang berada di antara kedua tempat ibadah tersebut. “Disitu menunjukkan bagaimana sangat toleransinya umat beragama di Indonesia” jelasnya.

Rangkaian terakhir Taking Perspectives 2024 dilangsungkan di Universitas Brawijaya. Rombongan langsung berangkat ke Malang yang pembukaannya pada 12 September 2024.

Kegiatan di Universitas Brawijaya memfokuskan  dalam hal memperkuat hukum dari sisi Pancasila. Rombongan dibawa ke Forum Komunikasi Umat Beragama di salah satu RT dan RW untuk mengetahui bagaimana kerukunan antar umat beragama di sana terjadi.

Pada hari terakhir, para delegasi mahasiswa membuat simulation game yang merupakan program DAAD. Ketika mahasiswa sudah mendapatkan konsep teoritik dari Leipzig, UNJ, serta UB, dan juga sudah melakukan observasi lapangan, program terakhir ini membuat kelompok lintas kampus dan fakultas untuk membuat konsep dan berdiskusi dari contoh kasus yang diberikan.

Di akhir, Bu Rihlah juga mengaku para dosen dan mahasiswa dari Jerman pada sesi wawancara, merasa kegiatan di UNJ sangat positif, dari sisi dosen mereka mendapatkan konsep teoritik yang utuh tentang tema yang ditentukan, yaitu Pancasila dan hukum. Kita memberikan pengetahuan secara utuh dan pengalaman belajar langsung dengan membawa ke tempat objek observasi.

Jika dilihat dari sisi pelaksanaan, mereka merasakan bagaimana culture atau budaya di Indonesia adalah culture yang well-prepared, humble, dan homie seperti di rumah sendiri ketika datang ke UNJ sehingga terjadi interaksi yang luar biasa antara dosen dan mahasiswa.