Jakarta, Humas UNJ– Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Negeri Jakarta menggelar kegiatan Ramadan Global Camp 2025 yang dibuka langsung oleh Ketua KUI UNJ, Susilo, di Aula Bung Hatta, Kampus UNJ pada 3 Maret 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Susilo menyatakan bahwa pelaksanaan Ramadan Global Camp 2025 bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, terutama selama menjalankan ibadah puasa.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi ajang pertukaran budaya antara peserta yang terdiri dari mahasiswa asing dan mahasiswa Indonesia.
“Melalui kegiatan ini, wawasan mahasiswa, terutama mahasiswa UNJ, akan terbuka. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mengisi waktu di bulan suci Ramadan,” ungkapnya.
Menurut Susilo, melalui pergaulan global, para mahasiswa dapat memperoleh pengalaman terkait networking, pertukaran budaya, dan buka puasa bersama pada kegiatan akhir.
Ia juga menyebutkan bahwa kisah-kisah yang dibagikan oleh alumni mahasiswa luar negeri maupun mahasiswa asing yang sedang menempuh studi di UNJ dapat menjadi cerminan penguat hubungan sosial dan emosional serta membuka cara pandang baru dalam melihat konteks Ramadan dalam pergaulan global.
Pada kesempatan yang sama, Abdul, mahasiswa asal Nigeria peserta KNB Scholarship, mengatakan bahwa kegiatan di bulan Ramadan di negaranya juga banyak diwarnai oleh kegiatan keagamaan.
“Kegiatan yang paling sering dilakukan adalah pengajian, baik tafsir Al-Quran maupun kajian Islam di tiap-tiap masjid dan lingkungan masyarakat. Tidak ketinggalan kuliner khas yang menjadi menu buka puasa,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan zakat dan sedekah tidak kalah pentingnya.
Hal lain juga diceritakan oleh Rania Ajoun, alumni Darmasiswa asal Jerman, yang menceritakan pengalaman pelaksanaan Ramadan di Jerman. Menurutnya, ada sekitar 5 juta populasi Muslim yang berasal dari Turki, Timur Tengah, maupun Afrika Utara, dan masjid menjadi elemen penting dalam pelaksanaan Ramadan.
Rania juga bercerita bahwa lama puasa di Jerman sangat bergantung pada musim. Jika musim panas, lama puasa bisa mencapai 16 jam. Selain itu, di Jerman juga terdapat masjid yang mengadakan buka puasa bersama.
Menu berbuka puasa bervariasi, kadang makanan khas Turki, Arab, atau Afrika Utara. Beberapa restoran dan toko makanan halal juga menawarkan paket berbuka puasa,” ungkapnya.
Rania juga menyebut bahwa masjid di Jerman mengadakan salat tarawih setiap malam. Beberapa masjid seperti Sehitlik di Berlin dan Masjid DITIB di kota Koln menjadi pusat kegiatan keagamaan selama Ramadan.
Selain itu, pada bulan puasa terdapat kegiatan sosial seperti pembagian makanan gratis bagi yang membutuhkan serta penggalangan amal dan donasi yang meningkat selama Ramadan di Jerman.
Rania juga bercerita tentang penguatan toleransi beragama yang tercermin dalam kegiatan bulan Ramadan. “Saat berbuka puasa, komunitas Muslim mengundang komunitas non-Muslim untuk berbuka puasa bersama guna meningkatkan pemahaman dan toleransi beragama,” katanya.
Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, saat momen Lebaran, salat Idul Fitri di Jerman juga dilakukan di masjid atau lapangan terbuka. Tradisi saling mengunjungi keluarga, kerabat dekat, atau teman juga tetap ada.
Sementara itu, Syara Syaifudin, mahasiswa Magister Pendidikan PAUD UNJ asal Malaysia, mengatakan bahwa kegiatan Ramadan Global Camp 2025 merupakan pendekatan yang baik untuk saling mengeksplorasi kebudayaan.
Di sini, kita berkumpul bukan hanya dengan orang Indonesia, tetapi juga dengan peserta dari berbagai negara, sehingga kita belajar beradaptasi dengan kultur budaya yang berbeda,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, kita belajar mengaji, membaca Al-Quran, serta mendengarkan ceramah yang menjadi penyeimbang dalam kehidupan kita.