Mimpi Besar dari Ruang Sempit: Anak Kreatif Rusunawa Jatinegara Kaum Pukau UNJ

Ikuti kami

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Berita
  4. »
  5. UNJ Masuk Peringkat 767 Dunia di…

Berita Terbaru

Kantor Humas dan IP UNJ Raih 5 Penghargaan Pada Ajang IDEAS 2025, Dari Juara Budaya Inklusif hingga Manajemen Krisis

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Hadirkan Pengalaman Citarasa Asia, Prodi Pendidikan Tata Boga FT UNJ Gelar Asian Food Festival

UNJ Resmi Tutup Pelatihan Dasar Calon Pegawai Tetap PTNBH Tahun 2025

UNJ dan PT HappyLab Indonesia Perkuat Literasi Nasional melalui MaxNovel Award 2025

UNJ Masuk Peringkat 767 Dunia di UI GreenMetric 2025, Tegaskan Komitmen Kampus Hijau dan SDGs Berdaya Saing Global

UNJ Partisipasi dalam Seminar Kesetaraan Disabilitas dan Perempuan di Layar yang Digelar Kembud RI

Jakarta, 23 September 2025, Pagi itu, suasana Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) seketika berubah penuh haru dan kagum. Bukan karena paparan akademik atau diskusi panel, melainkan karena kehadiran anak-anak Rusunawa Jatinegara Kaum yang menghadirkan sebuah pertunjukan seni kolaboratif berjudul “Suara dari Rusunawa”

Dalam penampilan berdurasi sekitar 15 menit tersebut, panggung disulap menjadi potret kehidupan sehari-hari di rumah susun sederhana sewa (rusunawa).  Anak-anak, dengan penuh penghayatan, mengisahkan suka-duka yang mereka alami: dari antre air saat pasokan mati, gelak tawa bermain bola hingga matahari terbenam, hingga mimpi-mimpi yang lahir di balkon kecil yang menghadap langit malam.  Semua dituturkan melalui perpaduan musik, pantomim, storytelling dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Pertunjukan dibuka dengan alunan musik ringan yang mengiringi pantomim sederhana, ada yang membawa tas sekolah, menjemur baju, hingga mengangkat galon air.
Lalu narasi pun mengalir: “Kami tinggal di rumah yang tinggi… namanya rusunawa. Dari luar, mungkin semua terlihat sama. Tapi di dalam, setiap pintu punya cerita.”

Kalimat itu sontak membuat ruangan hening; penonton seakan diajak masuk ke dunia mereka. Tak berhenti di situ, anak-anak juga dengan percaya diri menyampaikan kisah dalam bahasa Inggris, menceritakan mimpi mereka.

Ada yang bercita-cita menjadi polisi, ada pula yang ingin menjadi pemain bola. “My dreams are big, even if my room is small,” ujar salah satu narator dengan lantang, disambut tepuk tangan hangat audiens.

Bagian cerita menjadi titik emosional pertunjukan disaat seorang anak kecil yang lucu dan malu-malu menutup rangkaian cerita pertunjukan itu. Dengan formasi sederhana, tiga anak menyuarakan bait-bait yang menggambarkan sempitnya lorong namun luasnya mimpi. “Kami mungkin tinggal di rusunawa, tapi hati kami… seluas samudera.” Kalimat itu menutup sesi puisi dengan keharuan yang mendalam.

Sebagai penutup, lantunan lagu Laskar Pelangi karya Band Nidji mengiringi pantomim kebersamaan: ada yang berpura-pura mengajar, ada yang belajar, ada yang bermain bola, ada pula yang membantu membawa air. Semua anak kemudian bergandengan tangan di depan panggung, menyuarakan pesan terakhir: “Ini cerita kami… dari rumah kami. This is our story.. from our home.” Tepuk tangan panjang pun menggemuruh, banyak penonton yang tampak terharu dan bangga.

Pertunjukan ini bukan sekadar seni, tetapi cerminan nyata pengabdian masyarakat: memberi ruang bagi anak-anak dari komunitas rusunawa untuk berekspresi, melatih kepercayaan diri, serta menunjukkan bahwa kreativitas bisa tumbuh di mana saja, tanpa batas ruang. Anak-anak ini mengajarkan kita tentang keberanian untuk bermimpi, meski mereka hidup dalam keterbatasan.

Suara dari Rusunawa membuktikan bahwa seni mampu menjadi jembatan sosial yang mempertemukan dunia pendidikan tinggi dengan masyarakat akar rumput yang digarap oleh Tesaannisa, S.S., M.Hum, Nurrahma Restia Fatkhiyati, M.Li dan Dr. Sn. Hery Budiawan, M.Sn. di rusunawa dan apresiasi tinggi terhadap anak-anak rusun dari ketua LPPM UNJ Prof. Iwan Sugihartono, M.Si.

Kehadiran mereka di forum akademik ini menjadi pesan kuat bahwa suara anak-anak dari rusunawa tidak boleh dipandang sebelah mata.  Justru, suara itu penting untuk didengar, karena di balik setiap lorong sempit ada cerita besar tentang harapan, perjuangan, dan mimpi.

Dengan semangat kolaborasi, UNJ bersama komunitas anak-anak Rusunawa Jatinegara Kaum berharap pertunjukan ini dapat menjadi inspirasi bagi kegiatan serupa di masa depan.  Suara mereka, yang lahir dari ruang sederhana, kini sudah menggema lebih luas dan akan terus bergema, menginspirasi kita semua untuk melihat keindahan di balik kesederhanaan.