Jakarta, Humas UNJ – Program Studi Kecabangan Kepelatihan Olahraga (KKO) Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyelenggarakan seminar nasional bertema “Optimalisasi Peran Tenaga Keolahragaan Pelatih yang Berdaya Saing Global” di Gedung Olahraga Kampus UNJ pada 28 Mei 2025.
Dalam sambutannya, Heru Miftakhudin, Ketua Pelaksana Seminar Nasional sekaligus dosen Prodi KKO, menyatakan bahwa tujuan seminar ini adalah untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai perkembangan, peluang, serta tantangan yang dihadapi tenaga keolahragaan pelatih di Indonesia.
“Seminar ini juga menghadirkan materi tentang perkembangan periodesasi dalam dunia olahraga yang sangat penting untuk mendukung profesionalisme di bidang keolahragaan, Best Practice Tenaga Keolahragaan Indonesia, serta peluang dan tantangan tenaga keolahragaan saat ini dan ke depan,” ujarnya.
Heru berharap melalui seminar ini para mahasiswa memperoleh inspirasi dan pengalaman yang bermanfaat bagi keilmuan dan profesionalisme di bidang keolahragaan.
Sementara itu, Abdul Gani, Koordinator Prodi KKO, menyebut seminar kepelatihan olahraga sebagai kegiatan utama yang didedikasikan kepada mahasiswa agar memiliki wawasan luas dan mengetahui perkembangan olahraga yang dipaparkan langsung oleh para narasumber yang berkompeten.
“Alhamdulillah, hari ini bisa terlaksana dan semoga bermanfaat ke depannya karena mahasiswa adalah calon pemimpin masa mendatang dan mendapat ilmu bermanfaat agar dapat menjadi pelatih yang hebat dan sukses baik secara nasional maupun internasional,” katanya.
Abdul Gani berharap para mahasiswa menggali sebanyak-banyaknya ilmu dan pengalaman dari para narasumber dalam sesi diskusi ini guna menunjang pengalaman dan karir mereka ke depan.
Dalam sambutannya, Dekan FIKK-UNJ Prof. Nofi Marlina Siregar mengatakan bahwa perkembangan teknologi saat ini menjadi keahlian dan kemampuan utama bagi para calon pelatih untuk memahami banyak hal terkait dunia keolahragaan tanah air melalui berbagai narasumber.
“Seorang pelatih tidak sekadar meraih gelar sarjana tetapi juga mendapatkan wawasan dan pengalaman. Selain itu, pelatih tidak hanya bicara prestasi dan melatih atletnya tetapi juga harus mampu menguasai IPTEK agar dapat berdaya saing secara global,” katanya.
Seminar ini menghadirkan tiga narasumber utama yaitu Sinta Berliana Herru, Ketua Tim Tenaga Keolahragaan dan Asisten Deputi Tenaga Keolahragaan Kementerian Pemuda dan Olahraga; Hidayat Humaid, Ketua KONI DKI Jakarta sekaligus Dosen FIKK UNJ; serta Prof. Johansyah Lubis, Guru Besar UNJ sekaligus Ketua BP3 UNJ.
Pada kesempatan itu, Sinta Berliana Herru mengulas materi bertema “Best Practice Tenaga Keolahragaan Indonesia”. Menurutnya, dalam dunia olahraga, pelatih adalah kunci dalam meraih prestasi sekaligus memiliki peran penting dalam olahraga kompetisi.
“Pelatih adalah pembentuk ekosistem pembinaan berkelanjutan,” katanya.
Menurutnya, dalam era globalisasi saat ini penting bagi pelatih untuk melakukan sertifikasi keahlian. Berdasarkan data Kemenpora, jumlah pelatih yang tersertifikasi secara internasional masih kurang, belum lagi pelatih yang memiliki akses kepelatihan berbasis sport science. “Hal ini dapat menjadi pintu bagi kerja sama lanjutan antara Kemenpora dan UNJ ke depannya,” ujarnya.
Sinta Berliana Herru juga menyebutkan tantangan yang dihadapi kepelatihan olahraga saat ini, seperti pengalaman kompetisi internasional, ketimpangan kualitas pelatih antar daerah, dan minimnya sistem pembinaan tenaga pendukung secara terintegrasi. Saat ini, Kedeputiannya tengah konsentrasi membuat peta dan bank data pelatih.
“Nanti kita bisa melihat di peta ketimpangan pelatih atau memahami daerah mana yang perlu dukungan penguatan kepelatihan, dan ini yang kita dukung,” katanya.
Menurutnya, database pelatih, wasit, dan lainnya dalam dunia olahraga sangat penting. Selain itu, pentingnya melakukan pembinaan pengalaman pelatih dalam membekali pengalaman internasional dan sertifikasi.
Standarisasi pelatih keolahragaan secara global harus memiliki kejelasan karir, penguatan daerah dalam replikasi praktik terbaik, serta penguatan kepelatihan dalam konteks teknologi yang tengah menjadi perhatian pemerintah.
Sementara itu, Hidayat Humaid, Ketua KONI DKI Jakarta sekaligus Dosen FIKK UNJ, mengulas paparan bertema “Peluang dan Tantangan Tenaga Keolahragaan Saat Ini dan Ke Depannya”. Menurutnya, kontribusi akademisi dalam dunia kepelatihan masih sedikit.
Hal ini ditunjukkan dari data KONI DKI Jakarta, misalnya, pelatih dari akademisi UNJ berjumlah 20 orang (8,33 persen), asisten pelatih 9 orang (3,92 persen), dan pelatih fisik sekitar 22 orang (73,33 persen).
Menurutnya, saat ini pelatih didominasi oleh mantan atlet. Ia menegaskan bahwa akademisi kepelatihan olahraga harus memahami keilmuan sport science agar bisa bersaing dengan dominasi yang ada.
Hidayat Humaid menambahkan bahwa sport science menjadi pemahaman penting dalam dunia olahraga dan kepelatihan karena fungsinya yaitu untuk menjadi dasar ilmiah proses latihan, pemantauan dan evaluasi kinerja pelatih, pencegahan dan rehabilitasi cedera, optimalisasi nutrisi dan hidrasi, pengembangan teknologi latihan dan pemantauannya, serta peningkatan kompetensi tenaga keolahragaan.

“Dunia olahraga mengalami perubahan terutama sejak era digital. Pelatih harus adaptasi dengan dunia digital jika mau go internasional,” katanya.
Teknologi yang terpadu dengan sport science dapat menjadi data untuk menganalisis performa sekaligus menjadi standar dalam banyak cabang olahraga. “Pelatih dituntut tidak hanya paham teknik tetapi juga harus akrab dengan teknologi,” ujarnya.
Beberapa persoalan yang dihadapi dunia kepelatihan di tanah air adalah kesenjangan kompetensi digital, adaptasi teknologi baru, ketidakpahaman terhadap kepelatihan berkelanjutan, persaingan global dan standar internasional, ketergantungan berlebih pada teknologi, dan ketidakmerataan kualitas pelatih antara satu daerah dengan daerah lainnya.
“Dahulu pelatih melatih hingga 10-15 atlet, kini atlet dikepung oleh pelatih seperti pelatih kepala, pelatih fisik, dan lainnya,” katanya.
Sementara itu, Prof. Johansyah Lubis mengulas pokok bahasan bertema “Periodesasi Latihan”. Menurutnya, ada 12 pembagian periodesasi latihan berdasarkan teori dan kerangka akademik. Ia menambahkan bahwa ada banyak cara membuat program latihan melalui periodesasi tersebut.
Prof. Johansyah Lubis mengatakan bahwa pemahaman periodesasi latihan sangat penting dikuasai oleh mahasiswa KKO yang akan terjun dalam dunia kepelatihan. “Memahami periodesasi latihan adalah hal mendasar yang harus dikuasai sebagai kemampuan dasar,” katanya.