Perkuat Strategi Internasionalisasi Perguruan Tinggi, KUI UNJ Gelar Pelatihan dan Workshop

Ikuti kami

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Berita
  4. »
  5. Magister Manajemen Lingkungan UNJ dan DLH…

Berita Terbaru

Kantor Humas dan IP UNJ Raih 5 Penghargaan Pada Ajang IDEAS 2025, Dari Juara Budaya Inklusif hingga Manajemen Krisis

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Wakil Rektor UNJ Bidang Kerja Sama dan Bisnis Raih Penghargaan Internasional IMLA Tahun 2025 atas Dedikasi Pengembangan Bahasa Arab di Indonesia

Pijar Foundation dan The Nippon Foundation Dukung Penguatan Unit Layanan Disabilitas di BP3 UNJ

Sivitas SMP Labschool UNJ Jakarta Salurkan Donasi melalui UNJ Peduli untuk Korban Bencana Sumatra

Hadirkan Pengalaman Citarasa Asia, Prodi Pendidikan Tata Boga FT UNJ Gelar Asian Food Festival

UNJ Resmi Tutup Pelatihan Dasar Calon Pegawai Tetap PTNBH Tahun 2025

Jakarta, Humas UNJ — Kantor Urusan Internasional Universitas Negeri Jakarta (KUI UNJ) menyelenggarakan “Pelatihan dan Workshop Peningkatan Kompetensi Internasional Perguruan Tinggi Tahun 2025” yang berlangsung selama tiga hari, dari 1 hingga 3 Juli 2025, di Aula Gedung Syafei, Kampus UNJ.

Pada hari terakhir kegiatan (3/7/25), peserta mendapatkan pembekalan strategi internasionalisasi perguruan tinggi melalui studi kasus dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University. Materi disampaikan oleh Direktur Konektivitas Global IPB University, Eva Anggreini, dengan tema “Building Capacity to Enhance Global Reputation: Ten Lessons Learned from IPB University.”

Eva menjelaskan bahwa IPB University memiliki dua direktorat yang menangani urusan internasional, yaitu Direktorat Pendidikan Internasional dan Direktorat Konektivitas Global. Meski demikian, keterlibatan dalam kegiatan internasional juga melibatkan fakultas dan program studi.

“Fungsi internasionalisasi tidak terlepas dari visi dan misi perguruan tinggi yang menjadi pedoman dalam penyusunan rencana strategis, jangka panjang, dan jangka menengah,” ujar Eva.

Ia memaparkan perjalanan IPB University dalam membangun strategi internasionalisasi yang dimulai dari perencanaan berbasis visi dan misi. Setiap tahun, IPB University menetapkan fokus strategis, di antaranya:

2019: Excellent Innovation Ecosystem
2020: Engaged and Competent Human Capital
2021: Excellent Innovation
2022: Enriched and Empowered Society
2023: Local Global Interconnectivity
2024: Resilient Ecosystem for Advanced Technology
2025: Innopreneurship and Value Creation for Community and Industry
2026: Global Engagement
2027: Global Leadership in Entrepreneurship

Menurut Eva, keberhasilan strategi internasionalisasi IPB University juga didukung oleh pengembangan Innopreneurial Ecosystem yang mendorong technopreneurship dan socialpreneurship, dengan tujuan menciptakan dampak ekonomi bagi masyarakat.

“Kunci utama keberhasilan internasionalisasi perguruan tinggi terletak pada pengembangan akademik berbasis riset dan kerja sama bisnis,” jelasnya.

Eva menekankan pentingnya membangun kemitraan yang kuat dengan perguruan tinggi luar negeri dan dunia industri. Ia juga menyoroti peran dosen dan seluruh elemen civitas akademika dalam mendukung program internasionalisasi.

“Kita harus menjadi pemicu bagi lembaga lain untuk turut serta dalam proses internasionalisasi,” tambahnya.

Selain itu, Eva menyarankan agar perguruan tinggi aktif dalam konsorsium internasional serta melakukan pendataan dan dokumentasi kerja sama internasional yang berguna untuk pemeringkatan universitas dan peningkatan Indeks Kinerja Utama (IKU).

“IPB membangun sistem informasi kerja sama yang mewajibkan setiap unit melaporkan kegiatan kerja sama kepada Direktorat Konektivitas Global. Data tersebut kemudian diolah untuk pelaporan, pemeringkatan, dan pengambilan keputusan,” tuturnya.

Sementara itu, Anwar Rahman, Koordinator Kerja Sama Internasional Politeknik Negeri Lampung, menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat relevan dengan kebutuhan perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan dan peluang internasionalisasi.

Ia berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut sebagai wadah berbagi praktik baik, tantangan, dan peluang antar Kantor Urusan Internasional. Ia juga mengusulkan agar kegiatan ini menghasilkan nota kesepahaman (MoU) antara UNJ dan perguruan tinggi peserta.

“Tahun depan diharapkan ada pelatihan lanjutan untuk memperdalam kapasitas dan memperkuat jejaring antarinstansi,” ujarnya.

Senada dengan itu, Arif Hidayat dari Universitas Nusa Mandiri Jakarta menilai kegiatan ini penting karena memuat materi strategis dalam pengembangan internasionalisasi perguruan tinggi. Ia mengusulkan adanya forum komunikasi dan tindak lanjut antar peserta untuk merancang kegiatan internasional bersama.

Kegiatan ditutup oleh Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) UNJ, Susilo. Dalam sambutannya, ia menyampaikan harapan agar pelatihan dan workshop ini memberikan manfaat nyata bagi perguruan tinggi dalam memahami proses internasionalisasi. Ia menuturkan bahwa sejak UNJ berstatus sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), kolaborasi dengan mahasiswa asing mengalami peningkatan signifikan.

Meski demikian, Susilo mengakui bahwa proses internasionalisasi masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait kesiapan program studi seperti halnya yang pernah terjadi di UNJ. “Saat ini saya masih turun langsung ke lapangan untuk memfasilitasi kesiapan program studi dalam mendukung program internasional,” ujarnya.

Ia berharap melalui pelatihan dan workshop ini, para peserta dari berbagai perguruan tinggi dapat memperoleh pemahaman mengenai prosedur penerimaan mahasiswa asing sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku. Susilo juga mengingatkan pentingnya forum pembelajaran seperti ini sebagai sarana berbagi pengalaman, tantangan, dan peluang dalam pelaksanaan program internasionalisasi di masing-masing perguruan tinggi.