Pentingnya Strategi dan Inovasi Baru untuk mengakselerasi kemampuan literasi dan numerasi dalam rangka pencapaian SDGs no. 4

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. SDG's
  4. »
  5. Pentingnya Strategi dan Inovasi Baru untuk…

Berita Terbaru

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Kiprah Prof. Unifah Rosyidi: Angkat Martabat Pendidikan Indonesia di Kancah Internasional Bersama UNJ

Rektor dan 3 Dekan UNJ Hadiri Undangan Presiden RI di Istana Kepresidenan Untuk Bahas Arah Kemajuan Bangsa

Pojok Statistik FMIPA UNJ Jadi Percontohan Dalam Inovasi Pengembangan Lembaga Statistik Pada Kampus di Indonesia

Prof. Sofia Hartati, Executive Board Asia Pacific dari PECERA Sekaligus Pelopor Pendidikan PAUD Berkualitas di Indonesia Kebanggaan UNJ

Batavia Team UNJ: Inovasi AI yang Mengantarkan Juara di Shell Eco-marathon Asia-Pacific & Middle East 2025

Humas UNJ, Jakarta- Kick Off kompetisi literasi dan numerasi yang berlangsung pada hari ini 17 Juli 2024 dibarengi dengan lokakarya dengan tajuk “Improving Indonesia’s learning outcomes through technological interventioan” , menghadirkan beberapa narasumber seperti Yanuar Nugroho selaku Koordinator Tenaga Ahli Seknas SDGs, Dr. Yeap Ban Har selaku International Education Expert, Dwi Rustiono Widodo selaku perwakilan Litbang Kompas, Gusman Yahya,  Direktur Eksekutif  Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI).

Paparan pertama disampaikan oleh Yanuar nugroho, ini merupakan langkah kita dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia, dan ini sejalan dengan tujuan SDGs khususnya tujuan ke-4 tentang pendidikan inklusif berkualitas. Pada tahun 2045 Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi. Salah satu faktor yang penting dalam mempersiapkan Indonesia emas itu ialah faktor SDM yang berkualitas.

Skor PISA kita pada tahun 2022 menunjukkan bahwa kualitas SDM pada usia 15 Tahun belum memuaskan tapi jalurnya harus kita jaga sekarang. Ada beberapa perkara besar yang akan kita hadapi yaitu terbatasnya akses mencakup kesenjangan dalam mengakses pendidikan, hal itu disebabkan jalan rusak, fasilitas buruk, jarak yang jauh. Oleh karena itu dalam mengatasi tantangan itu diperlukan upaya bersama untuk membangun infrastruktur pendidikan.

Tantangan kedua yakni kualitas pengajar seperti kurangnya guru yang terlatih, kurangnya bahan ajar yang memadai. Karena itu harus ada upaya serius seperti distribusi guru yang berkualitas lebih merata dan memastikan semua sekolah punya bahan ajar yang memadai dan up to date.

82,61% punya kualifikasi D4 atau S1 tapi yang bersertifikat pendidik hanya 31,67%. Tantangan ketiga kesetaraan dan inklusif. Kita mesti berani mendobrak ini dan sistem pendidikan mesti inklusif, semua anak tanpa terkecuali punya kesempatan yang sama untuk belajar, dan tantangan ke empat yakni tantangan teknologi dan digitalisasi, ketimpangan ini menghambat dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas. Dan tantangan terakhir yaitu pendanaan, perlu adanya evaluasi dalam penggunaan anggaran yang dikelola selama ini.

Tantangan itu bisa kita diselesaikan dengan berbagai strategi yakni reformasi kebijakan pendidikan, strategi ini menjadi elemen kunci dalam menciptakan pendidikan inklusif dan berkualitas.  Reformasi kebijakan pendidikan ini meliputi kurikulum, metode, lingkungan belajar disusun dalam keberagaman peserta didik. Yang kedua strategi kolaborasi dan kemitraan, contohnya yang terjadi sekarang kolaborasi antara UNJ dan PesonaEdu. Strategi ketiga mengaplikasikan teknologi dan membekali guru itu penting, karena peran guru sangat vital bagi proses pendidikan. “Terakhir kita perlu bekerja sama seperti ini untuk menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkualitas”, tutup Yanuar dalam sambutannya.

Selanjutnya, Dr. Yeap Ban Har menyampaikan bahwa hal yang perlu diingat oleh seorang guru bahwa mereka tidak mengajar subjek, tetapi mengajar murid dan mengetahui cara untuk menerjemahkan hasilnya, bukan mengetahui secara teknis lewat alat bantu, artinya alat bantu hanya sebagai alat, pemahaman yang paling penting.

Ada 4 faktor penting yang dapat mendukung hasil pendidikan, 1. Arahan, 2. Pendorong, 3. Dukungan profesional atau training 4. Kepemimpinan.

Paparan ketiga oleh Dwi Rustiono Widodo, saya merasa senang bisa hadir di kegiatan istimewa ini, kompetisi ini sangat penting karena sejalan juga dengan peran kami di media dalam mendorong sinergi multi pihak untuk mendorong kualitas pendidikan.

Peran media dalam hal ini dengan meningkatkan kesadaran pengetahuan dengan cara menyebarkan informasi mengenai pentingnya pendidikan melalui artikel, berita dan liputan khusus, media memiliki peran begitu cepat dalam menyebarkan informasi.

Kita juga mengadvokasi masalah pendidikan dengan menyoroti hal tersebut agar pihak yang berwenang dan seharusnya mengurusi hal tersebut dapat mengambil tindakan, media juga dapat membantu menghubungkan berbagai pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam meningkatkan kualitas pendidikan.  Media juga dapat mendorong partisipasi masyarakat untuk turut serta bekerja sama bersama kita. Terakhir, Gusman Yahya menyoroti peran filantropi dalam pendidikan dan tantangan pembangunan yang tidak bisa melakukan sendiri, harus kita padukan dan kolaborasi agar kita mengatasi permasalahan yang ada.