Dari Sidang Terbuka, Menyalakan Pelita Bangsa: UNJ Meretas Jalan Pendidikan Transformatif dan Berkelanjutan Melalui Peluncuran Buku

Bagikan

  1. Home
  2. »
  3. Feature
  4. »
  5. Dari Sidang Terbuka, Menyalakan Pelita Bangsa:…

Berita Terbaru

Humas UNJ Raih Penghargaan 3 Tahun Berturut-turut pada Ajang AHI

Dalam Pelukan Zaman, UNJ Tumbuh: Saga 61 Tahun Pelita dari Timur Jakarta Mencerdaskan Negeri

Tingkatkan Akurasi serta Transparansi dalam Tahapan Seleksi Tes Kesamaptaan dan Antropometri, Polda Metro Jaya Gandeng FIKK UNJ Untuk Kerja Sama

Antusiasme Peserta Ikuti Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa UNJ Jalur Kerjasama di Kabupaten Mappi, Papua Selatan

Bupati Mappi Sambut Kedatangan Tim UNJ untuk Seleksi Calon Mahasiswa Jalur Kerjasama

Masjid Nurul Irfan UNJ Menerima dan Menyalurkan Hewan Qurban

Jakarta – Humas UNJ. Pada 15 Mei 2025, langit Rawamangun pagi ini begitu cerah dan bersih, seolah menyambut perayaan usia ke-61 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada 16 Mei 2025. Di dalam Aula Latief Hendraningrat, suasana jauh dari sekadar seremonial. Ada getar di udara, ada denyut di balik deret toga dan kerlap lampu panggung. Ini bukan hanya Sidang Terbuka dalam rangka Dies Natalis—ini adalah panggung sejarah bagi sebuah ide, yakni ide bahwa pendidikan bisa, dan harus, menjadi kekuatan yang mentransformasi bangsa.

Di tengah pidato para pemimpin, sorot kamera, dan alunan lagu Indonesia raya, hymne hingga mars universitas, hadir momen yang tak biasa: peluncuran buku “Pendidikan Transformatif dan Berkelanjutan di Indonesia: Pemikiran Pendidik UNJ untuk Indonesia”. Buku ini bukan hanya tumpukan halaman dan sampul bergambar elegan. Ia adalah suara. Ia adalah nyala.

Ketika buku itu diangkat ke hadapan para hadirin oleh Rektor UNJ, seolah ada denyut baru di ruangan itu. Di dalamnya—tertulis dengan pena penuh tanggung jawab dan keprihatinan—terdapat gagasan, jeritan, harapan, dan arah. Di sana, para dosen, pemikir, dan pendidik UNJ menumpahkan keyakinan bahwa pendidikan Indonesia harus berubah: dari sistem yang memenjarakan menjadi ruang yang membebaskan; dari doktrin menjadi dialog; dari rutinitas menjadi revolusi yang berakar pada nilai dan keberlanjutan.

Apakah pendidikan bisa menyelamatkan sebuah bangsa? Buku ini menjawab: bisa. Tapi tidak dengan cara lama. Buku ini bicara tentang pendidikan yang tidak hanya mengajarkan angka dan kata, tapi membentuk manusia. Tentang ruang kelas yang tidak hanya tempat hafalan, tapi tempat keberanian tumbuh. Tentang guru yang bukan hanya penyampai kurikulum, tapi penyalur cahaya.

Momen peluncuran buku itu—dengan tepuk tangan meriah, kamera yang berkedip, dan simbolis penyerahan buku—seolah menandai dimulainya babak baru dalam komitmen UNJ. Ini bukan hanya sumbangan akademis, tapi semacam pernyataan moral: bahwa pendidikan Indonesia tidak akan maju tanpa keberanian untuk berpikir ulang, membongkar kebiasaan lama, dan membangun yang baru.

Dan seperti api kecil yang menyala di tengah gelap, buku ini adalah suluh. Barangkali belum cukup untuk mengubah dunia hari ini. Tapi seperti setiap ide besar yang lahir dari ruang akademik, ia punya satu kekuatan yang tak tergantikan: kekuatan untuk menggerakkan. Dan dari aula itu, kata-kata mulai menjelma menjadi api. Bukan untuk membakar, tapi untuk menerangi jalan panjang pendidikan Indonesia ke depan.

Peluncuran buku “Pendidikan Transformatif dan Berkelanjutan di Indonesia: Pemikiran Pendidik UNJ untuk Indonesia” adalah simbol perenungan kolektif dan cita-cita besar sivitas akademika UNJ dalam menjawab tantangan zaman melalui pendidikan. Buku ini hadir di tengah kegelisahan dan harapan: kegelisahan atas masih lemahnya pemerataan dan kualitas pendidikan nasional, serta harapan akan peran perguruan tinggi yang mampu menawarkan gagasan konkret dan berbasis nilai. Dalam konteks ini, UNJ, dengan akar historisnya sebagai lembaga pencetak guru, menegaskan kembali identitas dan tanggung jawabnya sebagai motor perubahan pendidikan nasional.

Setiap bab yang terkandung dalam buku ini menyuarakan dimensi yang berbeda dari pendidikan: ada yang menekankan pada inovasi teknologi dalam pembelajaran, ada yang menyoroti pentingnya pendidikan karakter dalam menghadapi krisis identitas, dan ada pula yang membahas keberlanjutan sistem pendidikan dari sudut pandang kebijakan. Keragaman ini mencerminkan pendekatan interdisipliner yang sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan saat ini.

Peluncuran buku ini di tengah Sidang Terbuka juga memperkuat makna simbolis: bahwa pemikiran tidak hanya berhenti di ruang diskusi, tetapi diinstitusionalisasi dan didedikasikan untuk bangsa. Buku ini menjadi jejak intelektual, sekaligus bentuk pertanggungjawaban moral UNJ kepada masyarakat Indonesia.

Peluncuran buku ini menyentuh aspek terdalam dari makna menjadi bagian dari dunia pendidikan: yaitu keberanian untuk terus bertanya, keikhlasan untuk berbagi, dan komitmen untuk membangun. Pendidikan bukan soal siapa yang paling tahu, tetapi siapa yang paling peduli untuk memperbaiki. Sebagai refleksi akhir, buku ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan sebuah pintu pembuka untuk diskusi yang lebih luas dan kolaborasi yang lebih kuat. Jika UNJ ingin terus menjadi pelita dalam dunia pendidikan nasional, maka langkah seperti ini—menghimpun, menyuarakan, dan mendistribusikan pemikiran—adalah jalan yang harus terus ditempuh.