Jakarta, Humas UNJ — Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta (FISH UNJ) melalui Program Studi (Prodi) S1 Pendidikan Sejarah bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) Republik Indonesia menyelenggarakan seminar sejarah tingkat nasional bertema “Pancasila Solusi Perdamaian Dunia: Perspektif Humanis dan Kebudayaan”. Acara ini berlangsung di Aula Latif Hendraningrat UNJ pada 5 Juni 2025 dan juga disiarkan secara langsung melalui kanal youtube UNJ Official.

Seminar ini menjadi ruang intelektual untuk merefleksikan kembali nilai-nilai luhur Pancasila dalam merespons tantangan global yang sarat konflik, disrupsi nilai kemanusiaan, dan krisis identitas budaya. Dengan semangat kolaboratif dan reflektif, seminar ini menjadi momentum penting dalam memperkuat peran akademisi, mahasiswa, dan pemangku kepentingan budaya untuk menjadikan Pancasila sebagai inspirasi dan solusi dalam mewujudkan tatanan dunia yang damai dan berkeadaban.

Pada kegiatan ini juga turut hadir Yudi Latief, Ngatawi A Zastrow, dan Olivia Zalianty sebagai narasumber. Pada paparan materi, Yudi Latief yang hadir secara daring mengangkat tema “Nilai-nilai Pancasila sebagai Wujud Terciptanya Perdamaian Dunia”. Sedangkan Ngatawi A Zastrow mengangkat tema “Imunitas Kultural sebagai Basis Ketahanan Budaya dalam Pergaulan Global”. Dan Olivia Zalianty mengangkat tema “Fenomena Pengalaman Pancasila di Kalangan Generasi Muda”. Moderator pada sesi diskusi dimoderatori oleh Muhammad Fakhruddin yang merupakan dosen Prodi S1 Pendidikan Sejarah FISH UNJ.

Pada kesempatan ini, Restu Gunawan selaku Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Kemenbud yang mewakili Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, yang berhalangan hadir menegaskan bahwa di tengah arus globalisasi dan derasnya infiltrasi budaya asing, bangsa Indonesia harus kembali menegaskan identitasnya melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila secara nyata dan aktual. Pancasila bukan hanya dokumen historis, melainkan panduan hidup yang harus kita maknai dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika dunia dilanda disorientasi nilai dan polarisasi identitas, Pancasila hadir sebagai jangkar kebangsaan yang menyatukan keberagaman dan mengukuhkan jati diri bangsa. Maka, aktualisasi Pancasila bukan sekadar retorika, tetapi menjadi keniscayaan untuk membangun karakter bangsa yang berdaulat secara budaya, mandiri dalam berpikir, dan adil dalam bertindak,“ ungkap Restu Gunawan.
Sementara itu, Prof. Agus Mulyana selaku Direktur Sejarah dan Permuseuman di Kementerian Kebudayaan, dalam laporan kegiatan mengatakan bahwa pihaknya sudah lama berkeinginan menyelenggarakan kegiatan kebudayaan di UNJ. Mengingat saya pribadi memiliki hubungan dekat dengan UNJ, baik dengan Rektor, Dekan, dan Koorprodi Pendidikan Sejarah FISH UNJ. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan rasa nasionalisme kita bersama atas Sejarah lahirnya Pancasila. Untuk itu semangat Pancasila harus terus kita rawat melalui berbagai momentum yang menambah dan menguatkan rasa cinta kita sebagai bangsa kepada Pancasila, ujar Prof. Agus Mulyana yang juga Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia.
Kemudian pada kesempatan ini juga, Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini yang bertema “Pancasila Solusi Perdamaian Dunia: Perspektif Humanis dan Kebudayaan” sesuai dengan semangat nasionalisme dari nama ruangan ini, yaitu Aula Latif Hendraningrat yang merupakan tokoh nasional pengibar bendera Merah Putih pertama tahun 1945 yang juga Rektor pertama UNJ yang dulu masih bernama IKIP Jakarta. Atas nama pimpinan saya ucapkan terima kasih atas kerjama dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, yang dalam hal ini Direktorat Sejarah dan Permuseuman dan Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Kementerian Kebudayaan atas terselenggaranya seminar sejarah tingkat nasional ini. Kegiatan ini merupakan wujud komitmen UNJ dalam merawat nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi identitas bangsa dan kontribusi aktif dalam membangun peradaban dunia yang damai, inklusif, dan berkeadaban, ungkap Prof. Komarudin.
Lalu Firdaus Wajdi selaku Dekan FISH UNJ menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya merupakan peringatan simbolik, tetapi juga bentuk aktualisasi komitmen akademik terhadap peran sejarah dan pendidikan dalam membumikan nilai-nilai Pancasila secara kontekstual. Seminar ini menjadi ruang intelektual bagi sivitas akademika dan publik untuk merefleksikan kembali Pancasila sebagai kekuatan humanis dan kultural yang relevan dalam merajut perdamaian dunia di tengah dinamika global. Atas nama pimpinan FISH UNJ, saya ucapkan terima kasih kepada Kementerian Kebudayaan yang sudah menjalin kerja sama untuk penyelenggaraan seminar ini, Prodi Pendidikan Sejarah, dan para panitia seminar sejarah nasional, serta para narasumber yang sudah berkenan meluangkan waktunya untuk menyampaikan cakrawala ilmu dan pengetahuan terkait Pancasila dan Kebudayaan, ujar Firdaus Wajdi.