Jakarta, Humas UNJ – Rektor Universitas Negeri Jakarta, Prof. Komarudin, diwawancarai oleh RRI Pro 3 mengenai olahraga Pickleball. Wawancara yang dilakukan oleh Fahmi, penyiar RRI Pro 3, pada Kamis, 6 Maret 2025, membahas berbagai aspek mulai dari apa itu olahraga Pickleball, potensi menjadi olahraga favorit, hingga persiapan menuju Olimpiade 2028.
Prof. Komarudin, selain menjabat sebagai rektor UNJ, juga merupakan Pengurus Besar Indonesia Pickleball Federation (PBIPF) periode 2022-2026.
Dalam wawancara tersebut, Prof. Komarudin menjelaskan bahwa masih banyak orang yang belum memahami olahraga Pickleball. Menurutnya, Pickleball adalah olahraga campuran antara tenis meja, tenis lapangan, dan bulutangkis. “Pedalnya seperti tenis meja, ukuran lapangannya seperti bulutangkis, dan netnya juga mirip bulutangkis. Namun, beberapa teknik pukulan mirip dengan tenis lapangan,” jelasnya. Pickleball memiliki kekhasan tersendiri dalam aturannya.
Di Amerika Serikat, olahraga ini sudah berkembang pesat. Di Indonesia, meskipun baru masuk pada tahun 2019, Pickleball mulai banyak diminati, terutama setelah diperkenalkan dalam ekshibisi PON. “Kami sedang melakukan sosialisasi, dan olahraga ini sudah diminati oleh anak-anak sekolah dan mahasiswa,” tambahnya.
Strategi PBIPF untuk meningkatkan popularitas dan prestasi Pickleball di Indonesia dilakukan melalui sosialisasi intensif, baik secara langsung ke berbagai daerah maupun melalui media sosial. Selain itu, PBIPF juga mengadakan berbagai kejuaraan, baik di tingkat daerah maupun nasional, untuk mempopulerkan olahraga ini.
Beberapa daerah yang aktif dalam pengembangan Pickleball antara lain Kalimantan Timur, Bali, Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Sumatera Barat. Bahkan, juara dunia Pickleball yang diadakan di Phuket berasal dari Sumatera Barat. “Kami juga menyelenggarakan Indonesia Open dan menjadi penyelenggara World Pickleball Championship,” ungkap Prof. Komarudin.
Target utama PBIPF adalah menjadikan Pickleball sebagai cabang utama di PON dan masuk dalam Olimpiade 2028 di Los Angeles, Amerika Serikat. “Kami berharap Pickleball dapat menjadi cabang resmi di Olimpiade,” ujarnya.
Persiapan menuju Olimpiade 2028 dilakukan melalui pelatihan intensif di berbagai daerah dan klub, serta melalui kejuaraan berjenjang untuk mencari atlet-atlet elit nasional. PBIPF juga mencari dukungan dari berbagai sponsor dan melakukan pelatihan intensif untuk pelatih dan staf.
Prof. Komarudin menambahkan bahwa bakat pemain Indonesia dalam olahraga ini sudah terbukti, seperti saat menjadi juara dunia di Phuket. “Ada kemiripan dengan bulutangkis, ping pong, dan tenis sehingga peluangnya besar untuk meraih prestasi terbaik di tingkat internasional,” katanya.
Untuk meraih persiapan Olimpiade, PBIPF membutuhkan dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak. “Kami sudah melakukan pendekatan dengan KONI, KOI, Kemenpora, serta pihak swasta. Kami berharap sinergi semua pihak dapat membantu perkembangan Pickleball di Indonesia,” jelasnya.
Pada PON di Medan, Pickleball sudah dilakukan sebagai ekshibisi dan diselenggarakan seperti cabang utama. “Bakat-bakat Pickleball sudah mulai terlihat di berbagai daerah seperti Kalimantan Timur, Jawa Barat, dan Bali,” tambahnya.
PBIPF juga melakukan pencarian bibit-bibit muda melalui kejuaraan nasional pelajar. “Kami berharap para pelajar ini dapat menjadi atlet elit di masa depan,” ujarnya.
Pickleball sudah masuk sebagai mata kuliah di 12 LPTK atau eks IKIP, namun di sekolah masih berupa ekstrakurikuler. “Kami berharap dapat bekerja sama dengan dinas pendidikan dan dinas pemuda olahraga di daerah-daerah,” harapnya.
Sebagai penutup, Prof. Komarudin menyampaikan bahwa wawancara ini merupakan kesempatan dan kebanggaan bagi PBIPF untuk mensosialisasikan Pickleball di Indonesia. “Kami berharap dapat meraih prestasi terbaik di Olimpiade dengan dukungan berbagai pihak,” tutupnya.